Al-Nujaba: Perang Poros Kebaikan vs Poros Kejahatan Hasilkan Dunia Multipolar tanpa Dominasi dan Hegemoni AS

Share

POROS PERLAWANAN – Sekjen al-Nujaba Irak, Akram al-Kaabi yang tengah melawat ke Negeri Beruang Merah diwawancarai oleh Russia Today. Dalam wawancara tersebut, al-Kaabi berkata bahwa tujuan kunjungan itu adalah pertemuan dengan para tokoh politik-agama, sekaligus mendekatkan pandangan tentang berbagai isu bersama. Apalagi dunia sedang berada di kondisi istimewa dan tengah mengarah ke perkembangan besar.

“Dunia unipolar telah berakhir untuk selamanya. Kami berharap bahwa IMF, Mahkamah Internasional, dan lembaga-lembaga internasional lain bisa dikeluarkan dari hegemoni AS, bahkan PBB,” kata al-Kaabi, dilaporkan al-Alam.

Menurutnya, konfrontasi Poros Kebaikan versus Poros Kejahatan (yang dipimpin AS dan NATO bersama Mafia Ekonomi) akan berujung kepada terciptanya dunia multipolar.

“Sekarang Rusia di Ukraina tengah memerangi AS dan NATO dalam wajah lainnya. Kebijakan permanen AS adalah memanfaatkan negara lain, juga kelompok teroris, untuk menghantam musuh-musuhnya.”

“Sekarang, perang ini sangat jelas dan gamblang. Sebab itu, peran Rusia dan negara-negara di Poros Kebaikan, seperti Iran, China, dan Irak, telah membentuk dunia multipolar dan melemahkan peran AS,” tuturnya.

Al-Kaabi menyebut AS sebagai Setan Besar dan pangkal semua kejahatan di dunia, mulai dari perang saudara hingga penyebaran penyakit-penyakit menular.

“Kami telah melihat kualitas dan kuantitas dampak (kejahatan AS) ini di Irak dan Asia Barat. Kami melihat bahwa seiring dengan mundurnya AS, aktivitas kelompok-kelompok Takfiri juga relatif merosot,” kata al-Kaabi.

Ia lalu mengutip pengakuan sejumlah petinggi AS terkait peran Washington dalam menciptakan kelompok-kelompok teroris seperti ISIS. Al-Kaabi menceritakan pengalamannya di perang Suriah dan berkata, ”Ketika kami menyerang kelompok teroris Nurudin al-Zanaki, sejumlah perwira dan konsultan AS yang memihak kelompok ini turut tewas dalam serangan.”

Kelompok Nurudin al-Zanaki dikenal lantaran menggorok seorang bocah Palestina, hanya karena ayahnya memiliki hubungan dengan Pemerintah Damaskus.