Ancaman Serangan Balasan Iran Bikin 150 Ribu Orang Israel Telantar di Bandara-bandara Luar Negeri

Share

POROS PERLAWANAN– Dilansir Fars, Kanal 12 Israel memberitakan, sekitar 150 ribu orang Israel telantar di luar negeri lantaran pembatalan penerbangan maskapai-maskapai ke Tel Aviv.

Ketegangan antara Hizbullah dan Rezim Zionis memaksa 15 maskapai penerbangan internasional membatalkan penerbangan mereka ke Tel Aviv.

Berbagai Pemerintahan di dunia mengimbau para warga mereka untuk segera meninggalkan Lebanon dan Israel. Imbauan ini dirilis menyusul memanasnya situasi di Asia Barat setelah gugurnya Ketua Kantor Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran di tangan anasir Israel, juga gugurnya komandan Hizbullah Fuad Shukr dalam serangan udara Rezim Zionis ke Beirut.

Menlu Selandia Baru Winston Peters melalui cuitan di medsos X menyatakan,”Pemerintah Selandia Baru meminta warga di Lebanon untuk segera meninggalkan negara ini. Kami juga menyarankan warga Selandia Baru di Israel untuk mengambil keputusan terkait kehadiran mereka di Israel.”

Pemerintah AS juga meminta warganya untuk segera meninggalkan Lebanon “dengan tiket apa pun yang bisa didapatkan.” Peringatan serupa juga disampaikan Menlu Inggris kepada para warganya.

Setelah gugurnya Ketua Kantor Politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran pada Rabu 31 Juli lalu, Iran mengumumkan akan membalas teror terhadap tamunya tersebut.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei dalam pesannya menegaskan bahwa Iran menganggap dirinya berkewajiban menuntut balas darah Haniyeh.

Dalam laporan tentang rencana pembalasan Iran atas teror Haniyeh, harian Wall Street Journal memberitakan upaya Otoritas AS untuk mempersiapkan aset militer dan sekutu regionalnya guna menghadapi serangan balasan Iran. Serangan ini diprediksi akan lebih besar dan rumit dibandingkan serangan Iran pada April silam.

Wall Street Journal menyatakan bahwa AS dan Israel bersiap menghadapi serangan balasan tak terduga Iran pada Sabtu dan Minggu ini.

“Pada April lalu, Iran menembakkan lebih dari 300 rudal dan drone setelah terlebih dahulu memberi tahu para diplomat soal serangannya. AS dan Israel saat itu memiliki waktu untuk bersiap. Namun kali ini, Israel dan para sekutunya bekerja dalam ketidakpastian,” kutip kantor berita TASS dari Wall Street Journal.