Atwan Jelaskan Alasan Assad Tolak Desakan Rusia untuk Temui Erdogan

Share

POROS PERLAWANAN – Redaktur Rai al-Youm, Abdel Bari Atwan mengomentari laporan Reuters bahwa Presiden Suriah menolak pertemuan dengan Presiden Turki yang dihadiri Presiden Rusia.

“Kami tidak terkejut ketika Bashar Assad melawan ‘tekanan untuk menemui Erdogan’, sebab ia tidak ingin memberikan kemenangan gratis kepada Erdogan sebelum Pilpres Turki”, tulis Abdel Bari Atwan, diberitakan al-Alam.

“Presiden Suriah berhak menentang ‘tekanan-tekanan’ semacam ini, sebab perselisihannya dengan Erdogan bukan sebuah perselisihan sekunder atau perang media belaka, tapi jauh lebih besar dan dalam dari itu; perselisihan yang tidak bisa diselesaikan begitu saja”, lanjutnya.

“Sepanjang sepuluh tahun lalu, Erdogan adalah penentu keputusan dalam proyek AS-Israel untuk menghancurkan Suriah. Namun hal ini tidak berarti bahwa ia bisa menghentikannya kapan pun dan dengan cara apa pun tanpa menerima syarat-syarat dari Suriah, termasuk hengkangnya Turki dari Suriah sepenuhnya”.

“Erdogan keliru jika menyangka bahwa Presiden Suriah akan bersuka-cita untuk bertemu dengannya. Sebab Assad kini berada di posisi unggul setelah lebih dari 11 tahun melawan agresi lebih dari 65 negara yang dipimpin AS dan didanai negara-negara Arab”.

“Ketika Erdogan berpikir bahwa dia dalam posisi unggul dan yakin bahwa Pemerintah Suriah akan jatuh dalam tempo beberapa pekan atau bulan, dirinya menolak mediasi Rusia dan menyikapi para petinggi Suriah dengan sikap pongah. Dia bahkan mengumbar janji akan melakukan salat di Masjid Jami’ Umawi di pusat Damaskus”.

“Namun, sekarang semua terbalik dan ledakan-ledakan teroris telah sampai ke Taksim Square di jantung Istanbul. Sebagian besar jajak pendapat juga mengungkap turunnya popularitas Erdogan dan partainya”.

“Penolakan Suriah untuk bertemu Erdogan bisa dipahami dengan alasan bahwa Presiden Suriah dan mayoritas, kalau bukan semua, pemimpin Arab tidak lagi memercayai Presiden Turki, yang saat ini tengah dikepung krisis. Rapor Erdogan dalam 10 tahun lalu penuh dengan naik turun, pengingkaran janji, dan penikaman kepada kawan dari belakang”.

“Dari dahulu hingga sekarang, kami menyetujui pertemanan Suriah dan Turki serta dibukanya lembaran baru dalam hubungan keduanya. Kami percaya dengan teori bahwa tidak ada permusuhan abadi antara negara-negara dan bangsa-bangsa. Namun hubungan antara mereka harus berlandaskan rekonsiliasi kukuh yang di situ siapa pun yang bersalah harus minta maaf, siapa pun yang merusak harus merekonstruksi, dan siapa pun yang menduduki (wilayah negara lain) harus angkat kaki”, pungkas Atwan.