Benarkah Ambisi dan Nafsu Besar Bin Salman Buru Saad al-Jabri Terkait Dokumen Rahasia Rencana Kudeta?

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Fars, sumber-sumber yang dekat dengan lingkaran kekuasaan di Riyadh mengabarkan, Muhammad bin Salman sangat berambisi untuk memulangkan Saad al-Jabri dari Kanada. Al-Jabri adalah mantan Kepala Biro Intelijen Saudi.

Sumber-sumber itu mengatakan kepada Reuters, dalam beberapa tahun terakhir, Putra Mahkota Saudi mengerahkan segala upaya untuk menyingkirkan para rivalnya. Namun salah satu dari mereka (al-Jabri) bisa meloloskan diri dan pergi ke Kanada.

Orang ini disebut-sebut membawa sejumlah dokumen rahasia ke Kanada, yang bisa jadi sangat berperan dalam perebutan kekuasaan di Saudi.

Dalam beberapa bulan terakhir, Bin Salman meningkatkan tekanannya atas keluarga dan orang-orang dekat al-Jabri. Bin Salman bahkan menahan anak-anak al-Jabri untuk memaksanya kembali ke Saudi.

Sebelum kudeta Bin Salman tahun 2017, al-Jabri merupakan staf Muhammad bin Nayef. Dia juga menjabat sebagai Direktur Biro Intelijen Saudi. Konon, dia memegang dokumen-dokumen yang bisa menyingkirkan Bin Nayef sepenuhnya. Namun di saat yang sama, dokumen itu juga bisa digunakan untuk melawan Bin Salman. Sebab itu, Bin Salman sangat bernafsu untuk memulangkannya ke Saudi.

Seorang mantan diplomat Saudi mengatakan kepada Reuters, al-Jabri juga memiliki bukti transaksi-transaksi penting pejabat teras Saudi, termasuk Raja Salman bin Abdul Aziz dan Bin Salman sendiri. Dokumen-dokumen itu berkaitan dengan periode berkuasanya Salman di Riyadh di masa Raja Abdullah.

Setelah menangkap Bin Nayef pada Maret 2020, aparat keamanan Saudi menangkap putra dan putri al-Jabri yang masih berumur 20-an. Saudara al-Jabri juga ditahan pada Mei lalu.

Menurut kutipan Reuters dari seorang pejabat AS, al-Jabri sudah lama bekerja sama dengan Washington dalam memerangi terorisme. Sebab itu, Washington mengkhawatirkan kondisi al-Jabri dan keluarganya.

“Kami sangat mencemaskan laporan tentang penangkapan anak-anak al-Jabri. Kami mengecam segala kezaliman terhadap keluarganya, saat belum diketahui apa kesalahan al-Jabri,” kata seorang pejabat lain.

Putra sulung al-Jabri, Khalid al-Jabri, mengatakan kepada Reuters, bahwa mulanya hubungan ayahnya dengan Bin Salman baik-baik saja. Namun sebagian orang dekat Putra Mahkota, juga orang-orang yang terkait dengan UEA, menuding al-Jabri memihak Ikhwan al-Muslimin.

Khalid mengatakan, orang-orang tersebut terus mendiskreditkan ayahnya, sehingga ia terpaksa pergi ke Kanada.