Bolton Ungkap Rencana Pembunuhan Jenderal Soleimani Sudah Dirancang Trump Sejak Lama

Share

POROS PERLAWANAN – Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton mengungkapkan Pemerintahan Donald Trump telah merancang rencana pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani jauh sebelum rencana itu dieksekusi.

“Saya tidak akan masuk ke perincian (teror) Soleimani. Namun ketika Anda melihat sebuah operasi yang membuahkan sejumlah hasil, keliru jika Anda berpikir bahwa instruksi operasi itu baru dikeluarkan beberapa hari sebelumnya. Kadang kala, perlu persiapan yang panjang untuk melakukan sebagian pekerjaan. Waktu eksekusi pekerjaan itu bergantung pada situasi yang tak ada kaitannya dengan peristiwa-peristiwa beberapa hari sebelumnya,” papar Bolton kepada France 24, seperti dilansir Fars.

Tentara AS pada tanggal 3 Januari lalu melancarkan operasi teror atas instruksi Trump, yang menewaskan Komandan Pasukan Quds IRGC, Jenderal Qassem Soleimani dan para pengiringnya, termasuk Abu Mahdi al-Muhandis.

Dalam wawancara tersebut, presenter France 24 bertanya apakah Trump mengambil keputusan terkait Iran berdasarkan kepentingan pribadinya, bukan kepentingan nasional?

“Saya rasa, selama kampanye Pilpres, Trump sangat menentang kesepakatan nuklir tahun 2015 (JCPOA). Saya juga menentang kesepakatan tersebut. Akhirnya Trump bisa keluar dari JCPOA kurang lebih 15 bulan setelah menjabat sebagai presiden,” jawab Bolton.

“Menurut saya, Trump berpendapat bahwa JCPOA sangat tidak disukai di dalam negeri AS. Sebab itu, saya sangat gembira saat kami keluar dari kesepatakan tersebut. Kami juga memberlakukan sanksi-sanksi berat atas Iran, yang berdampak sangat destruktif pada ekonomi mereka.”

“Namun di saat bersamaan, Trump masih ingin berunding dengan Iran, karena membayangkan bisa menjalin kesepakatan yang lebih baik. Namun saya pikir, ini tidak realistis,” imbuhnya.

Bolton lalu menarik kesimpulan bahwa kebijakan Trump di hadapan Iran tidak didasari sebuah strategi.

Bolton juga bicara soal Pilpres AS pada November mendatang. Dia mengaku, dirinya tak akan memberikan suara kepada Trump atau Joe Biden, kandidat dari Partai Demokrat.

“Untuk kali pertama dalam hidup, saya tidak akan memberikan suara kepada kandidat dari Republik. Saya juga tak akan memilih Biden. Saya akan menulis nama orang lain,” ujar Bolton.