Demi Cegah Mogok Massal, Menkeu Israel Ancam Putus Gaji para Partisipan

Share

POROS PERLAWANAN– Berbarengan dengan dirilisnya seruan pemogokan massal di Tanah Pendudukan demi menekan Kabinet Israel untuk menyepakati pertukaran tawanan, Menkeu Bezalel Smotrich mengancam akan memutus gaji para partisipan pemogokan pada hari Senin 2 September ini.

“Saya telah menginstruksikan Seksi Gaji Kemenkeu agar tidak memberikan gaji besok (Senin) kepada mereka yang ikut dalam pemogokan,” kata Smotrich, al-Alam memberitakan.

Instruksi Smotrich dirilis setelah Serikat Pekerja Israel (Histadrut) dalam statemennya menyatakan,”Besok para pekerja di sektor buruh dan ekonomi akan melakukan pemogokan.”

Histadrut menegaskan, pemogokan ini mencakup Kementerian Perang, Kemendagri, Kemenkeu, Kementerian Ekonomi, Kemenkes, dan Kementerian Pendidikan.

Menanggapi seruan tersebut, Smotrich mengatakan,”Saya senang bahwa sejumlah instansi lokal tidak menyetujui keputusan Kepala Histadrut.”

Kepala Histatdrut Arnon Bar-David berkata,”Mulai besok ekonomi Israel akan berhenti.”

Bar-David meminta warga dan organisasi-organisasi Israel untuk memulai demo terhadap Kabinet Benyamin Netanyahu pada Minggu malam. Pemerintahan Netanyahu dianggap telah menghalang-halangi tercapainya kesepakatan pertukaran tawanan dengan Perlawanan Palestina.

Bar-David menyinggung ditemukannya 6 jasad tawanan Israel di Gaza pada Minggu kemarin dan mengatakan,”Alih-alih mewujudkan kesepakatan untuk memulangkan para tawanan, kita justru menemukan jenazah-jenazah mereka. Sebab itu, kita harus merebut kekuasaan.”

Ratusan pimpinan sektor ekonomi, wali kota, dan direktur rumah sakit di Israel telah merespons seruan Histadrut dan menyatakan siap melakukan pemogokan massal.

Pada 19 Agustus silam, sumber-sumber Ibrani memberitakan ditemukannya 6 jasad tawanan Israel oleh Militer Zionis di Gaza. Jasad-jasad para tawanan Israel itu kini telah dibawa ke Tanah Pendudukan.

Hingga sekarang puluhan tawanan Zionis tewas akibat serangan-serangan Militer Israel ke Gaza.

Keluarga salah satu tawanan yang jasadnya dikembalikan dari Gaza menyatakan bahwa anak mereka bakal pulang dalam keadaan hidup andai kesepakatan pertukaran tawanan tidak gagal dan semua pihak mengerahkan usaha terbaik mereka.