Gallant: Netanyahu di Rapat-rapat Tertutup Tidak ‘Seberani’ yang Ditampakkannya di Depan Publik

Share

POROS PERLAWANAN– Kanal 12 Israel melaporkan, Menteri Perang Yoav Gallant mengkritik PM Benyamin Netanyahu di depan Komite Hubungan Luar Negeri dan Keamanan. Gallant mengatakan,”Netanyahu di balik pintu-pintu tertutup tidak menunjukkan keberanian’ yang ia tampakkan secara terbuka.”

“Pada 11 Oktober silam, saya ingin kita menyerang Lebanon. Tapi Kabinet tidak menyetujui permintaan ini. Sekarang saya juga tidak menyarankan serangan tersebut,” kata Gallant, diberitakan Tasnim.

Terkait dengan pertukaran tawanan, Gallant berkata bahwa kesepakatan ini tertunda lantaran sikap-sikap Israel. Namun jika Israel meninggalkan area Salahudin (perbatasan antara Gaza dan Mesir) 2 bulan saja, pertukaran tawanan ini tidak bakal terjadi.

“Saya mendengar mereka menabuh genderang perang dan berbicara tentang kemenangan mutlak. Namun bagi kita, perang ini adalah perjudian,” tandas Gallant.

Dalam rapat dengan Komite Hubungan Luar Negeri, Gallant menanggapi seruan para anggota Partai Likud (partai penguasa yang dipimpin Netanyahu) agar Israel menyerang Lebanon. Ia mengatakan,’Kondisi perang di Lebanon saat ini sangat berbeda jauh dengan awal perang.”

Sikap Gallant ditanggapi oleh seorang legislator dari Likud, Tally Gotliv. Ditujukan kepada Netanyahu, Gotliv berkata,”Dalam rapat ini, Gallant menyebut ucapan Anda soal kemenangan mutlak sebagai ‘omong kosong.’ Oleh sebab itulah saya meminta Anda memecatnya.”

Pengakuan Gallant bahwa Israel adalah penyebab tertundanya pertukaran tawanan mendapat tanggapan dari Hamas. Anggota Kantor Politik Hamas Izzat al-Rashaq menyatakan, statemen Gallant membuktikan kebenaran pernyataan Hamas bahwa Netanyahu telah membohongi dunia dan keluarga para tawanan.

Menurutnya, Hamas telah bersikap lunak dan menyikapi positif poin-poin proposal Joe Biden dan resolusi Dewan Keamanan terkait pertukaran tawanan. Namun di sisi lain, Netanyahu bersikap keras kepala dan terus menghindari terwujudnya kesepakatan tersebut.

Al-Rashaq menegaskan, seluruh dunia harus menekan Netanyahu dan Pemerintahannya untuk mengakhiri genosida di Gaza, sebab kemenangan yang dibicarakan Netanyahu “tak lebih dari fatamorgana.”