Hizbullah: Untuk Kali Pertama, Lebanon Menang Tanpa Tembakkan Satu pun Peluru

Share

POROS PERLAWANAN – Wasekjen Hizbullah, Syekh Naim Qasim menyebut Lebanon telah meraih kemenangan besar dalam perundingan penentuan perbatasan bahari dengan Rezim Zionis.

“Kami mencatatkan kemenangan besar di laut, perairan, dan (sumber) gas kami atas nama Presiden Michel Aoun. Kemenangan istimewa ini tercipta berkat kerja sama Tentara, rakyat, Perlawanan, serta soliditas nasional,” kata Syekh Qasim, Fars melaporkan.

“Ini kemenangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perseteruan (dengan Israel). Dari sisi bahwa sebuah negara lemah dibandingkan musuhnya mampu mengalahkan Israel dan AS serta memperoleh haknya berkat perlawanan rasionalnya bersama rakyat yang bersatu.”

“Tindakan dan capaian besar ini harus dicatat secara langsung. Ini adalah pertama kalinya kita diancam dengan kekuatan, namun bisa mendapatkan hasil tanpa menembakkan satu pun peluru.”

“Di hadapan kita ada pengalaman dari strategi antara Perlawanan dan Pemerintah untuk mewujudkan hak-haknya. Sebab itu, strategi lebih baik diajukan kepada kita, karena Perlawanan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan Lebanon dan masa depan negara ini,” imbuhnya.

Sekjen Hizbullah menjelaskan, Perlawanan dan Pemerintah Lebanon bersama-sama telah menyelesaikan masalah penentuan perbatasan bahari. Saat ini, masalah yang harus ditangani adalah menerapkan aturan untuk membuat sebuah perbendaharaan kedaulatan dan memulai eksplorasi energi, supaya aset-aset Lebanon tidak tersia-sia dan bisa dimanfaatkan generasi mendatang.

Di bagian lain pembicaraannya, Syekh Qasim menyinggung berakhirnya masa kepresidenan Aoun dan kekosongan kursi Presiden Lebanon. Ia mengatakan, ”Aoun berperan dalam membantu Perlawanan menghadapi Musuh Zionis dan terorisme Takfiri. Ia juga berusaha keras melaksanakan UU Pemilu, menyelesaikan problem rakyat, dan meraih sejumlah capaian. Memang benar bahwa ada kesulitan-kesulitan dan pengecualian yang membuat banyak urusan tidak terselesaikan.”

Masa jabatan Aoun berakhir pada Minggu 30 Oktober lalu. Dia meninggalkan Istana Kepresidenan Lebanon setelah menjabat selama 6 tahun. Di lain pihak, Parlemen Lebanon belum berhasil memilih presiden baru kendati sudah melangsungkan 4 kali rapat.