Hubungan Saudi-Pakistan Rusak Gara-gara Siasat Arogan ‘Tundukkan Negara Lain dengan Uang’ ala Bin Salman

Share

POROS PERLAWANAN – Kasus hubungan Saudi dengan Pakistan bukan hanya satu-satunya kasus yang struktur lazimnya sudah diubah Muhammad bin Salman sejak ia memegang kekuasaan. Putra Mahkota Saudi ini sepertinya meyakini bahwa memimpin pemerintahan sama seperti bermain game PUBG atau game-game aksi lainnya.

Dilansir al-Alam, Bin Salman merancang dan memulai agresi ke Yaman dengan pola pandang semacam ini. Awalnya, ia menyangka bahwa perang tak ubahnya seperti game-game aksi ini, yang akan berakhir dalam waktu singkat.

Faktanya berbanding terbalik dengan apa yang ia khayalkan. Perang ini telah memasuki tahun ke-6 dan masih berlanjut tanpa ada satu pun tujuan Bin Salman yang terealisasi. Hasil perang ini hanya terbunuhnya ribuan warga sipil Yaman yang tak berdosa.

Orang masih mengingat metode dramatis yang dipilih Putra Mahkota Saudi untuk melenyapkan Jamal Khashoggi. Jurnalis kritis ini dibunuh dengan cara paling barbar oleh tim suruhan Bin Salman di Konsulat Saudi di Istanbul.

Saat ini, topik hubungan Saudi dan Pakistan menjadi salah satu topik panas di media-media internasional. Berdasarkan sejumlah laporan, Riyadh menekan Islamabad untuk melunasi cicilan utang sebesar 3 miliar dolarnya.

Kabarnya, Pakistan telah mencicil satu miliar dolar dari utangnya, kemudian membayarkan jumlah sama pada Juli lalu. Kini hanya tersisa satu miliar dolar yang akan dibayarkan Pemerintah Pakistan di bulan depan usai mendapat pinjaman dari sekutu Chinanya.

Cara tak lazim dalam menagih utang ini menunjukkan gentingnya hubungan Saudi-Pakistan. Ada beberapa pendapat tentang faktor pemicu krisis hubungan dua negara tersebut, yang bermula sejak 70 tahun lalu, yaitu saat Pakistan memisahkan diri dari India.

Sebagian pihak berpendapat, Saudi tengah berhadapan dengan krisis ekonomi lantaran berkurangnya pemasukan sektor migas dan defisit anggaran tahun ini menjadi 80 miliar dolar dan anggaran tahun depan sekitar 40 miliar dolar. Sebab itu, Saudi sangat membutuhkan uang hingga menekan Pemerintah Islamabad.

Di lain pihak, Pakistan adalah negara kuat dan dikenal sebagai salah satu kekuatan nuklir di dunia. Oleh karena itu, Pemerintah Pakistan tak ingin kebijakan luar negerinya menguntungkan si Pangeran Muda yang berpikir bisa menundukkan negara lain dengan uang.

Tampaknya Bin Salman memandang masalah ini dari sisi lain. Sebab itu, ia merusak sejarah hubungan persahabatan negaranya dengan Pakistan.

Penolakan Bin Salman untuk menemui Kepala Staf Tentara Pakistan, Jenderal Qamar Javed Bajwa, yang datang ke Riyadh baru-baru ini, telah membunyikan alarm berakhirnya hubungan antara kedua negara.