Ingin Segera Naik Takhta sebelum Pilpres AS, Bin Salman Bergegas Singkirkan para Rivalnya

A picture taken on January 31, 2020 shows young Saudis walking next to a portrait of Crown Prince Mohammed bin Salman at the Riyadh Season Boulevard in the Saudi capital. - In Saudi Arabia's rigid past, religious police once swooped down on rose sellers and anyone peddling red paraphernalia around Valentine's Day, but now a more open -- albeit risky -- dating culture is taking root. Pursuing relationships outside of marriage in the conservative Islamic kingdom once amounted to a death wish, and would-be Romeos resorted to pressing phone numbers up against their car window in hope of making contact with women. (Photo by FAYEZ NURELDINE / AFP)

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Young Jurnalist Club, para analis politik berpendapat, Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman akan naik singgasana sebelum berlangsungnya Pilpres AS.

Menurut laporan Asia Times, seorang periset independen Arab, Nabeel Nowairah menyinggung kondisi kesehatan Raja Salman yang tengah memburuk. Dia memprediksi, Bin Salman akan menggantikan ayahnya sebelum akhir tahun 2020. Bahkan, mengutip dari beberapa sumber, Nowairah meyakini bahwa pergantian kekuasaan ini akan terjadi dalam satu bulan mendatang.

Meski sakit yang diderita Raja Salman hanya membuatnya menjalani perawatan di rumah sakit dan tidak akan berujung kepada kematiannya, namun dengan tidak adanya kepastian soal kondisi fisiknya, juga situasi Pilpres AS mendatang, bisa saja Bin Salman terdorong untuk naik takhta sesegera mungkin.

Dalam beberapa hari terakhir, bisik-bisik naik takhtanya Bin Salman terdengar lebih keras dari sebelum ini.

Menurut Nowairah, hingga kini Bin Salman telah menyingkirkan sejumlah rival beratnya. Tiap usaha untuk naik takhta dan menyaingi Bin Salman dianggap sebagai misi bunuh diri.

Salah satu hal yang telah dilakukan Bin Salman untuk memuluskan jalannya adalah memenjarakan Pangeran Ahmad bin Abdul Aziz, adik Raja Salman, pada tahun 2018. Mantan Putra Mahkota, Muhammad bin Nayef, juga sedang berada di tahanan, meski memiliki koneksi baik dengan biro intelijen AS.

Nowairah mengatakan, sejak dibentuknya Kerajaan Saudi pada tahun 1932, kekuasaan berpindah dari saudara ke saudara dan dengan kesepakatan keluarga. Dengan demikian, Bin Salman akan menjadi Raja Saudi pertama yang dari sisi ini “tidak memiliki legalitas.”

Analis Arab ini menyatakan, nyaris semua anggota Keluarga Kerajaan berada di tahanan, puluhan pangeran Saudi dilarang ke luar negeri, dan semua gerak-gerik mereka diawasi secara ketat.

Satu pertanyaan yang muncul adalah, jika Bin Salman naik takhta, siapa yang akan menjadi Putra Mahkota mendatang? Nowairah berpendapat, mantan Dubes Saudi untuk AS, Khalid bin Salman, adalah kandidat pilihan untuk menempati posisi tersebut.