Janji Barat Batasi dan Tangguhkan Pengiriman Alutsista ke Israel, Nyata atau Sandiwara?

Share

POROS PERLAWANAN– Setelah berlalunya satu tahun dari kejahatan brutal Rezim Zionis di Gaza, negara-negara Barat, yang selalu memberi sokongan finansial, militer, dan politik untuk Tel Aviv, melakukan serangkaian “tindakan humanis” demi memulihkan citra ternoda mereka.

Diberitakan Mehr, tindakan AS dan Inggris dalam hal ini lebih banyak diliput media-media daripada para pemain Barat lain. Yang terbaru adalah penangguhan 30 izin persenjataan Inggris untuk Israel.

Beberapa hari lalu, Menlu Inggris David Lammy dalam sebuah rapat di Parlemen menyatakan, London menangguhkan 30 dari 350 izin penjualan senjata ke Israel, karena “khawatir senjata-senjata itu digunakan dalam pelanggaran serius HAM.”

Sejak dimulainya agresi ke Gaza, Pemerintah Inggris ditekan oleh publik untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel. Tiap pekan ribuan pendukung Palestina berunjuk rasa di berbagai kota Inggris. Mereka menyatakan solidaritas untuk warga Gaza dan mendesak penghentian perang di Gaza.

Sebelum Pemilu, Partai Buruh berjanji akan mengakhiri perang Gaza jika menang dalam Pemilu. Namun dengan adanya lobi kuat Zionis di Eripa Barat, kini Pemerintah Inggris hanya melakukan tidakan simbolis. Salah satunya adalah menangguhkan sebagian izin pengiriman senjata ke Tel Aviv.

Para pakar meyakini, penangguhan terbatas ini tidak memengaruhi kerja sama militer London-Tel Aviv. Dari satu sisi, London berusaha tidak membuat gusar para petinggi Israel. Dari sisi lain, Inggris berupaya meredam kecaman terhadap kepasifan London di perang Gaza.

Lammy sendiri menyatakan,”Keputusan baru Pemerintah tidak berarti embargo penuh atas ekspor senjata ke Israel. Keputusan ini tidak mencakup F-35 dan tidak akan berpengaruh kepada keamanan Israel.”

Statemen semacam ini menunjukkan fakta bahwa pembatasan pengiriman senjata tidak berpengaruh signifikan dalam mengubah perilaku Israel. Tindakan-tindakan serupa juga pernah dilakukan AS, namun itu hanya simbolis dan tidak menghasilkan apa pun.

Sebelum ini, tindakan Washington dalam menangguhkan atau melambankan proses pengiriman senjata ke Tanah Pendudukan tidak bisa mencegah agresi Israel ke Rafah. Rezim Zionis masih menduduki peringkat pertama penerima alutsista AS. Sebab itu, keputusan Pemerintah Inggris untuk menangguhkan 10 persen izin ekspor senjata ke Tel Aviv juga tak lebih dari tindakan simbolis dan sandiwara belaka.