Kataib Hizbullah: Hanya AS yang Diuntungkan ‘Serangan Palsu dan Mencurigakan’ ke Zona Hijau Baghdad

Share

POROS PERLAWANAN – Jubir Kataib Hizbullah Irak, Muhammad Muhyi menegaskan, Washington adalah satu-satunya pihak yang mendapat keuntungan dari serangan roket ke warga sipil, yang dilakukan dengan dalih menyerang Kedubes AS di Zona Hijau Baghdad.

Dinukil Fars dari al-Mayadeen, statemen ini diutarakan Muhyi terkait serangan roket pada Minggu dini hari kemarin ke kawasan Zona Hijau dan sekitar Kedubes AS.

“Pihak-pihak mencurigakan melancarkan operasi ini di momen mencurigakan demi mewujudkan rencana-rencana destruktif mereka,” tandas Muhyi.

“Tujuan serangan ke Kedubes AS hari ini adalah mengacaukan perimbangan.”

Sejumlah media memberitakan, Kedubes AS di kawasan Zona Hijau Baghdad diserang dengan sejumlah roket. Sedikitnya 2 roket mengenai daerah sekitar Kedubes. Masih belum ada informasi soal kerugian akibat serangan itu.

Para pakar meyakini, AS merancang serangan-serangan palsu demi kepentingannya, yaitu mempertahankan pasukan militernya di Irak.

Tentara AS memasuki Irak pada tahun 2014 atas permintaan Baghdad untuk memerangi ISIS, yang kala itu menduduki sepertiga wilayah Irak. Sejumlah 3.000 serdadu, yang 2.500 di antaranya adalah Tentara AS, tiba di Irak dalam bingkai “Koalisi Internasional Anti-ISIS”.

Usai Baghdad mendeklarasikan kemenangan atas ISIS, Pemerintah dan rakyat Irak menegaskan bahwa pasukan asing harus segera meninggalkan negara mereka.

Baghdad dan Washington pada 26 Juli lalu menyepakati hengkangnya pasukan militer AS dari Irak hingga akhir tahun ini. Sementara yang akan dipertahankan adalah personel AS untuk melatih pasukan Irak.

Sebelum ini, Anggota Kantor Politik Ashaib Ahl al-Haq, Ahmad Abdulhusain menyatakan, jika Tentara AS tidak angkat kaki dari Irak hingga akhir tahun ini, senjata Poros Perlawanan siap memberikan balasan.

“Jika Tentara AS tidak hengkang dari Irak hingga 31 Desember mendatang, senjata Perlawanan siap memberikan jawaban. Senjata Poros Perlawanan akan tetap ada sampai serdadu terakhir AS meninggalkan Irak di waktu yang ditentukan. Dalam pertemuan dengan Pemimpin kelompok Sadr, telah disepakati soal keharusan hengkangnya pasukan asing, terutama AS, dan penjagaan kedaulatan Irak,” papar Abdulhusain.