Kegagalan AS-Saudi di Pemilu Lebanon Kian Terkuak

Share

POROS PERLAWANAN – Hasil final dan resmi Pemilu legislatif Lebanon telah diumumkan pada 15 Mei lalu. Jatah kursi tiap partai di Parlemen pun telah diketahui.

Dilansir Fars, Nabih Berri kembali terpilih sebagai Ketua Parlemen setelah mendapatkan 65 suara dari total 128 suara. Sekarang tiba giliran untuk menentukan posisi Perdana Menteri.

Presiden Lebanon, Michel Aoun telah mengumumkan hari Kamis tanggal 23 Juni sebagai agenda pertemuan Parlemen untuk membahas pemilihan Perdana Menteri.

Sebelum ini, media-media Poros Perlawanan di Lebanon menyatakan bahwa kubu AS-Saudi gagal memperoleh hasil yang diinginkan, kendati mereka sudah menghabiskan banyak uang. Terkait hal ini, harian al-Bina mengutip dari sebuah sumber di Parlemen, bahwa kendala terbesar Dubes Saudi di Lebanon untuk mendapatkan 65 suara demi merekomendasikan Perdana Menteri (yang diinginkan Riyadh) adalah “mayoritas yang dibicarakan olehnya dan Pemimpin Partai al-Quwwat al-Lubnaniyah, Samir Geagea, namun tidak bisa dipenuhi oleh mereka”.

Saat ini, Dubes Saudi dan Geagea terpaksa berbicara dengan Saad al-Hariri dan meminta bantuannya demi mendapatkan 7 suara legislator dari Partai al-Mustaqbal. Ini berarti kegagalan Dubes Saudi dan Geagea dalam menyingkirkan al-Hariri.

Ketua al-Mustaqbal, al-Hariri selama bertahun-tahun merupakan pilihan Saudi di Lebanon. Menyusul adanya berbagai tekanan, al-Hariri pada 24 Januari silam merilis statemen yang mengumumkan pengunduran dirinya dari Pemilu legislatif dan membekukan aktivitasnya di pentas politik.

Di lain pihak, beberapa waktu lalu harian al-Akhbar memberitakan bahwa mengingat hasil Pemilu yang tidak terlalu memuaskan Saudi, Riyadh tengah mengkaji opsi untuk mengganti Dubesnya di Beirut.

Terkait hal ini, analis al-Mayadeen, Ghassan al-Istanbuli menyebut Pemilu Lebanon sebagai ajang kompetisi antara Poros Perlawanan menghadapi AS dan sekutunya, yang memiliki proyek untuk menciptakan ketidakamanan dan perang saudara di negara itu. Namun, kata al-Istanbuli, proyek ini gagal berkat perencanaan para pemimpin Hizbullah dan penegasan mereka soal proyek perdamaian sipil untuk warga Lebanon.