Kekompakan dan Persatuan Rakyat Palestina di Poros Perlawanan Bakal Hancurkan Mimpi Ekstremis Zionis

Share

POROS PERLAWANAN – Para pakar meyakini, kesepakatan orang-orang Palestina untuk melakukan perlawanan akan menggagalkan mimpi kelompok sayap kanan dan radikal ekstremis di era baru Rezim Benyamin Netanyahu.

Dilaporkan al-Alam, para pemimpin Jihad Islam menegaskan bahwa ada sejumlah rintangan utama di hadapan mimpi-mimpi para partai radikal sekutu Netanyahu.

Netanyahu sudah memiliki pengalaman sebagai PM Israel selama 10 tahun. Jika partai-partai sayap kanan menekannya, ia tidak akan menyerah di hadapan mereka selama keinginan-keinginan mereka sulit diwujudkan.

Menurut para pemimpin Jihad Islam, partai-partai sayap kanan sekutu Netanyahu berambisi untuk mengusir warga Palestina dari Tanah Pendudukan. Namun perlawanan rakyat di Tepi Barat, Quds, Tanah Pendudukan 1948, dan Gaza telah menghalangi terwujudnya proyek kaum sayap kanan ini.

Para politisi Palestina mengatakan bahwa pengusiran warga Palestina dari Tanah Pendudukan adalah mimpi lama Zionis dan bukan hal baru. Namun apakah orang-orang Zionis bisa mewujudkannya saat ini? Jawabannya adalah pembentukan Kabinet yang lebih radikal justru memperbesar peluang perlawanan rakyat Palestina terhadap Rezim Penjajah.

Sekarang ini, bangsa Palestina siap sepenuhnya untuk melawan Rezim Zionis di masa Netanyahu.

Perlawanan Palestina sudah memiliki pengalaman memadai untuk menyikapi radikalisme Netanyahu. Dia adalah orang yang paling lama menjabat PM Israel. Kubu Perlawanan tahu bahwa orang ini hanya memahami bahasa kekuatan dan perlawanan.

Para analis mengatakan, ”Perlawanan saat ini bukan hanya di Gaza, tapi seluruh Palestina siap melawan Rezim Penjajah. Ini adalah reaksi alamiah terhadap tindakan Zionis dalam membunuhi warga Palestina, menjarah tanah mereka, memperluas permukiman Zionis, dan menghancurkan rumah-rumah warga. Hari ini, tak satu pun yang ingin berunding dengan Israel atau memilih opsi politik. Satu-satunya problem yang ada adalah sejumlah negara yang menormalisasi hubungan dengan Rezim Penjajah.”

Para analis politik meminta negara-negara pelaku normalisasi untuk merevisi hubungan mereka dengan Tel Aviv, sebab normalisasi ini praktis tidak memberikan capaian apa pun kepada mereka.

Di sisi lain, para jurnalis Palestina menegaskan bahwa Palestina menyaksikan kemunculan generasi muda dan berwawasan yang bangkit di Tulkaram, Nablus, al-Khalil, dan penjuru-penjuru lain Palestina. Generasi ini percaya bahwa apa yang diambil dengan kekuatan, harus dikembalikan dengan kekuatan pula.

“Mereka yang saat ini berhadapan dengan Rezim Penjajah adalah para pemuda Palestina di bawah 30 tahun. Mereka lahir di era Intifadah al-Aqsa dan setelahnya. Netanyahu tak punya opsi selaini memburu mereka. Namun di saat bersamaan, dia terjebak di sejumlah front di utara dan selatan Palestina. Rezim Penjajah akan runtuh dengan menghadapi front ini di Tepi Barat,” kata para analis.