Kelompok Teroris Antek Mossad yang Menyelinap dari Wilayah Kurdistan Ditangkap di Iran Barat

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, pasukan intelijen Iran telah menangkap tim teror yang berafiliasi dengan agen mata-mata Israel, Mossad di bagian barat negara, kata Menteri Intelijen, Esmail Khatib.

Khatib mengatakan pada sebuah upacara di Ibu Kota Teheran pada Minggu bahwa teroris telah menyelinap melintasi perbatasan ke Iran barat dari wilayah semi-otonom Kurdistan Irak.

“Mengingat kerja sama Pemerintahan baru Irak [dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammed Shia’ al-Sudani] dan jaminan yang ditawarkan, kami ingin melihat perbatasan barat kami aman dan bebas dari insiden keamanan apa pun,” katanya.

“Kami mengingatkan Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) tentang tanggung jawabnya dalam hal ini,” tambahnya.

Khatib memperjelas bahwa pasukan militer dan keamanan Iran tidak akan ragu untuk memberikan tanggapan yang kuat dan menghancurkan terhadap setiap tindakan destabilisasi terhadap wilayah perbatasan negara.

Awal pekan ini, pasukan intelijen Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) membubarkan jaringan teror yang berafiliasi dengan ISIS Khorasan (ISIS-K) di provinsi Fars, Iran selatan.

Departemen Intelijen IRGC, bekerja sama dengan Organisasi Intelijen Fajar di Provinsi Fars, melihat dan menghancurkan jaringan operasional dan media ISIS-K, cabang dari kelompok teroris Takfiri ISIS di Afghanistan dan menangkap elemen utamanya di provinsi tersebut.

Pemimpin kelompok yang diawasi oleh pasukan IRGC selama empat tahun itu bertugas merekrut elemen ekstremis di sejumlah provinsi Iran, termasuk Teheran.

Di tempat lain dalam sambutannya pada Minggu, Khatib mengatakan bahwa lebih dari 200 media anti-Iran, 35 wadah pemikir, dan puluhan Badan Intelijen terlibat aktif dalam kerusuhan yang disponsori asing yang pecah di beberapa bagian negara beberapa waktu yang lalu.

Kerusuhan yang didukung asing meletus di Iran pada pertengahan September setelah kematian wanita Iran berusia 22 tahun, Mahsa Amini, yang pingsan di kantor polisi di Ibu Kota Teheran dan dinyatakan meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit.

Komunitas intelijen Iran mengatakan bahwa beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, telah menggunakan alat mata-mata dan propaganda mereka untuk memprovokasi kerusuhan dengan kekerasan di Iran.