‘Kenapa Sanaa Hanya Tembakkan Satu Rudal ke Tel Aviv?’ Ini Pesan Penting Hipersonik Yaman kepada Israel

Share

POROS PERLAWANAN– Dilansir Fars, dalam beberapa hari terakhir dan di ambang satu tahun Operasi Badai al-Aqsa dan agresi ke Gaza, tampaknya sejumlah pimpinan Israel, termasuk Benyamin Netanyahu, bersikeras membuka front baru untuk menyelamatkan diri dari bencana Gaza: perang terhadap Lebanon dan Hizbullah. Sebagian analis berpendapat, Netanyahu mengincar tujuan utama dengan membuka front baru, yaitu menyeret AS ke perang dan menyerang Iran serta para sekutu regionalnya.

Namun pada hari Minggu 15 September lalu, sebuah peristiwa penting terjadi. Angkatan Bersenjata Yaman menyasar sebuah target militer di Tel Aviv dengan hanya satu rudal, tidak lebih. Rudal itu melewati beberapa lapis pertahanan udara modern AS dan Israel untuk kemudian menghantam Tel Aviv.

Jubir Militer Yaman dalam statemennya menyatakan, Sanaa untuk pertama kalinya menggunakan rudal hipersonik tersebut. Menurut Yahya Saree, rudal buatan Yaman itu memiliki 2 tahap dan berbahan bakar padat. Namun bukan itu poin pentingnya. Poin pentingnya justru sesuatu yang tidak diumumkan Yaman. Sanaa tidak mengaitkan serangan itu dengan balasan atas agresi Israel ke al-Hudaydah. Yaman tidak menyatakan bahwa serangan dengan rudal tipe tersebut sebagai “balasan untuk serangan Israel itu.” Ini adalah poin penting yang membuat Israel cemas.

Tampaknya, serangan Yaman ke jantung Tel Aviv dengan hanya satu rudal merupakan prapertunjukan dari sebuah perang serius dari pihak Militer Yaman; perang yang akan dimulai jika Netanyahu memaksakan perang atas Lebanon dan Hizbullah.

Kesuksesan rudal hipersonik Yaman, yang menempuh jarak lebih dari 2.000 km dalam tempo kurang dari 12 menit dan tiba di Tel Aviv, bukan hanya sekadar melewati lapisan pertahanan udara. Rudal ini, juga drone Yafa yang beberapa pekan lalu menghantam Tel Aviv, secara jelas menunjukkan bahwa “Israel terpaksa menganggap serius semua peringatan dari Yaman.”

Dengan meluncurkan satu rudal dan satu drone ke Israel yang mengecoh Angkatan Laut AS-Inggris di Laut Merah, Yaman mengumumkan mampu menargetkan titik-titik vital Israel, jika memang diperlukan. Yaman siap untuk itu dan hanya mengetes kemampuan tersebut dalam 2 tahap (menembakkan satu drone dan satu rudal).

Kenapa hanya satu rudal? Kemungkinan salah satu maknanya adalah Sanaa ingin mengatakan kepada Tel Aviv bahwa “rudal ini adalah prapertunjukan respons Yaman terhadap segala bentuk agresi Israel ke Lebanon dan Hizbullah.” Sanaa berkata,”Kami masih dalam rangka membela Gaza dan tidak berniat memperluas perang. Namun jika Israel bertindak kurang ajar dan menyerang Lebanon, maka kami juga akan terjun dalam perang. Israel harus menunggu rudal-rudal Palestina 2 dan drone-drone Yafa.”

Makna lain adalah mungkin supaya Netanyahu dan Kabinet haus perangnya menyadari bahwa ketika Yaman bisa memiliki rudal yang bisa tiba di Tel Aviv dalam tempo 11 menit saja, meski menghadapi agresi Koalisi Saudi dukungan AS selama 9 tahun, pertanyaan yang muncula adalah: “Apakah Hizbullah tidak memiliki rudal serupa atau lebih baik darinya? Jika Hizbullah menembakkan rudal semacam ini, hanya berapa menit yang dibutuhkan?”

Sebab itu, saat Senin kemarin seorang diplomat Barat bertanya apakah Hizbullah memiliki rudal hipersonik atau tidak, seorang mantan pejabat keamanan Lebanon menjawab,”Lumrah jika apa yang ada di gudang senjata Teheran atau Sanaa, juga terdapat di gudang senjata Hizbullah.”

Kesimpulannya, jika Netanyahu berusaha menambah krisis ke krisis saat ini dengan melibatkan Iran dalam perang regional atau perang melawan AS agar Israel terbebas dari cekikan Gaza, sebaiknya dia tahu bahwa bila Lebanon diserang, rudal-rudal hipersonik Yaman dan drone Yafa, atau varian rudal-drone yang lebih kuat dan presisi milik Hizbullah, sudah tak sabar menyasar target-target di Tel Aviv dan Haifa, tanpa perlu melibatkan Iran.

Poros Perlawanan hingga saat ini tidak membiarkan Israel menghancurkan Hamas. Jadi jika Hizbullah diserang, Poros ini akan memamerkan aspek-aspek lain dari kekuatannya kepada Israel, sehingga Rezim yang sudah berdarah-darah karena Badai al-Aqsa ini akan bergelimpang sekarat.

Sebaiknya Isarel mendengarkan omongan Amos Hochstein (Utusan AS untuk Lebanon) yang berusaha menjauhkan Israel dari perang baru. Dia berkata,”Jika perang meluas di front utara, saya tidak melihat instrumen apa pun yang bisa memulangkan para penduduk di utara ke rumah-rumah mereka.”

Dengan demikian, pesan hipersonik dari Yaman adalah “Netanyahu jangan sampai membuat lebih banyak pemukim Zionis terlunta-lunta dan telantar.”