Lebih Ekstrem dari Netanyahu, Smotrich ‘Tidak Tahan’ Israel Berunding dengan Hamas

Share

POROS PERLAWANAN– Dikutip Mehr dari al-Jazeera, banyak pihak yang mengkritik PM Israel Benyamin Netanyahu lantaran pemikiran-pemikiran ekstremnya. Namun sebenarnya, di Kabinet Aliansi Netanyahu terdapat para menteri yang lebih ekstrem dari Netanyahu; orang-orang yang bahkan tidak tahan jika Israel berunding dengan Hamas.

Menkeu Israel Bezalel Smotrich adalah pendukung utama pembangunan pemukiman Zionis di Tepi Barat. Dia sendiri juga tinggal di kawasan tersebut. Dia mengecam Pemerintahan Netanyahu lantaran hadir di perundingan damai di Doha untuk mengakhiri perang agresi Israel di Gaza.

“Kita mengirim tim negosiator ke perundingan di Doha yang akan memberikan hasil terbalik kepada kita. Kita menyaksikan Hamas tidak mengutus delegasi ke perundingan ini. Sepertinya kita sedang mengemis untuk bisa berunding,” ujar Smotrich.

Sebelum ini, para petinggi Hamas mengumumkan akan menolak semua prasyarat baru dalam perundingan. Hamas menegaskan, pertukaran tawanan baru akan terwujud jika gencatan senjata permanen diberlakukan di Gaza.

Belum lama ini, Mesir, Qatar, dan AS merilis statemen terkait kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan. Mereka mengeklaim, ”Sudah beberapa bulan kami berusaha mewujudkan kesepakatan. Kesepakatan kini ada di atas meja. Satu-satunya yang tersisa adalah eksekusi kesepakatan.”

Dalam statemen tersebut, 3 negara itu menegaskan bahwa selaku pihak mediator, mereka siap mengajukan proposal final untuk mengatasi masalah-masalah eksekusi kesepakatan.

Namun Hamas menyatakan bahwa Israel menolak proposal tersebut dam tetap melanjutkan pembantaian. Faksi Perlawanan ini menegaskan, ”Israel tidak serius menghendaki gencatan senjata permanen.”

Dengan meneror Syahid Ismail Haniyeh, kata Hamas, Israel membuktikan dirinya tidak menghendaki gencatan senjata. “Setelah dirilisnya statemen segitiga, Israel juga masih melakukan kejahatan serangan ke sekolah al-Tabiin, yang menewaskan lebih dari 100 warga sipil,” tandas Hamas.