Media Lebanon: Blinken pun Tak Sanggup Redam Nafsu Gila Perang Netanyahu

Share

POROS PERLAWANAN– Diberitakan Mehr, harian Lebanon al-Akhbar menilai lawatan Antony Blinken ke Kawasan demi mengatasi konflik di Asia Barat telah gagal total. Kegagalan ini disebabkan kengototan Benyamin Netanyahu mempertahankan syarat-syaratnya untuk gencatan senjata.

“Berlawanan dengan klaim AS untuk menyelesaikan sengketa gencatan senjata antara Hamas dan Tel Aviv, Menlu Antony Blinken mengakhiri lawatannya ke Asia Barat dengan kegagalan. Benyamin Netanyahu kembali mengajukan syarat-syarat lamanya untuk gencatan senjata,” tulis media yang dekat dengan Perlawanan Lebanon tersebut.

Menurut al-Akhbar, syarat-syarat Netanyahu untuk gencatan senjata (sementara) berkisar dalam 2 hal. Pertama, melanjutkan perang di Gaza. Kedua, menolak penarikan mundur pasukan Israel dari kawasan Netsarim di pusat Gaza dan Philadelphia di selatan Gaza dekat perbatasan Mesir.

Sebelum ini, Blinken mengeklaim bahwa Netanyahu menyetujui tawaran-tawaran AS. Namun berlawanan dengan klaim Menlu AS, Netanyahu kembali mempertahankan pendirian sebelumnya.

Di saat bersamaan, seorang pejabat senior Gedung Putih menyebut kengototan Netanyahu sebagai “sikap radikal dan tidak konstruktif.” Ia menyatakan, kabar bahwa Blinken menyetujui penempatan pasukan Israel di Philadelphia saat bertemu Netanyahu adalah “kabar bohong.”

Meski begitu, pejabat AS ini mengaku optimis terhadap berlanjutnya perundingan dalam putaran berikutnya di Kairo pekan mendatang.

Situs Ibrani Walla membenarkan perselisihan antara Washington dan Tel Aviv terkait syarat-syarat gencatan senjata. Walla mengutip pernyataan seorang pejabat AS lainnya bahwa “kami berbeda pendapat dengan Netanyahu soal syarat-syaratnya.”

Sejak Joe Biden mengajukan proposal gencatan senjata, Tel Aviv mengajukan syarat-syarat berikut untuk hadir di meja perundingan:

Pertama, mempertahankan pasukan Israel di kawasan Netsarim (yang membagi Gaza menjadi sektor utara dan selatan) dan Philadelphia.

Kedua, tidak dipaksa menerima daftar tahanan Palestina dari Hamas untuk dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tawanan. Israel menuntut bisa mencoret siapa pun dalam daftar tersebut. Tujuannya agar Hamas tidak bisa membebaskan para pejuang ternama seperti Marwan Bourghuthi dan Ahmad Saadat dari penjara.

Ketiga, para tahanan Palestina yang dibebaskan harus diasingkan ke negara-negara lain. Mereka tidak berhak tinggal di Gaza atau Tepi Barat.