Militer Israel Aktifkan ‘Protokol Hannibal’ pada 7 Oktober, Bunuh Serdadu Sendiri daripada Ditawan Hamas

Share

POROS PERLAWANAN– Setelah berlalunya lebih dari 9 bulan dari Operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober silam, semakin banyak detail yang diungkap media-media Zionis terkait operasi luar biasa dan penuh teka teki tersebut.

Diberitakan Fars, harian Haaretz memberitakan bahwa Militer Israel pada hari itu telah mengaktifkan Protokol Hannibal.

Berdasarkan protokol ini, ketika salah satu serdadu Israel ditawan, serdadu lainnya harus menargetkan kawan dan lawan sekaligus. Protokol ini didasari keyakinan bahwa lebih baik prajurit mati daripada ditawan musuh.

“Di awal-awal serangan Hamas, segalanya berlalu dalam kekacauan. Laporan-laporan datang secara bertahap. Di saat-saat pertama, urgensi laporan-laporan belum jelas. Namun seiring waktu, kita sadar bahwa peristiwa mengerikan telah terjadi,” tulis Haaretz.

“Histeria dan kegilaan benar-benar berkuasa. Menurut dokumen dan pernyataan para saksi yang kami peroleh, instruksi pengaktifan Protokol Hannibal telah dikeluarkan; protokol yang memerintahkan penggunaan kekuatan militer guna mencegah para serdadu ditawan.”

Menurut Haaretz, protokol ini dijalankan di perlintasan Bet Hanoun serta pangkalan Reim dan Nahal Oz.

Poin yang perlu dicamkan adalah Kepala Staf Umum Militer Israel Gadi Eizenkot di tahun 2016 telah menghapus protokol ini; protokol yang kabarnya pernah diaktifkan Militer Israel di tahun 2014.

“Saat Hamas menyerang 3 pangkalan militer Israel pada 7 Oktober, Militer memerintahkan untuk mencegah kendaraan apa pun keluar dari pangkalan. Militer juga menginstruksikan penembakan dan pengeboman demi mencegah ditawannya para serdadu.”

Meski begitu, tulis Haaretz, diaktifkannya Protokol Hannibal tetap tidak bisa menghalangi Hamas menawan para serdadu Israel.

Laporan Haaretz menyebutkan, dokumen-dokumen yang bocor mengungkap bahwa perintah aktivasi Protokol Hannibal dikeluarkan oleh Komando Divisi Gaza dan Staf Umum Militer Israel.

Harian ini menyatakan, belum ada statistik jelas terkait jumlah serdadu yang tewas atau terluka akibat aktivasi protokol ini. Namun laporan-laporan yang ada memastikan bahwa sejumlah orang Israel ditargetkan oleh pasukan Rezim Zionis sendiri.