Nilai Strategis ‘Si Bodoh’ Bin Salman untuk Israel

Share

POROS PERLAWANAN – “Pemulihan hubungan AS dan Saudi sangat penting bagi kawasan kami, sebab dari sisi strategis, Saudi adalah sebuah elemen amat penting di Kawasan dan keseluruhan Dunia Islam.”

Pernyataan di atas tidak dilontarkan seorang pejabat Saudi atau Arab, namun diucapkan Dubes Israel untuk AS, Michael Herzog, yang dimuat di situs Axios.

Dilansir al-Alam, dalam wawancara ini Herzog lupa mengatakan bahwa ketegangan antara AS-Saudi tidak sama dengan ketegangan antara dua negara. Sebab, pada dasarnya Saudi tidak punya niat untuk menentang AS. Hal yang sebenarnya terjadi adalah Joe Biden marah kepada Muhammad bin Salman atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Dalam kampanye Pilpres dahulu, Biden berjanji akan “mengisolasi” Saudi. Belakangan, seiring dipublikasikannya laporan intelijen, ia menuduh Putra Mahkota Saudi bertanggung jawab atas teror Khashoggi.

Jelas bahwa Herzog mengatakan hal di atas atas pesanan Bin Salman sendiri. Bin Salman tahu bahwa ia hanya bisa bertakhta dengan dukungan dan sokongan AS. Dalam hal ini, hanya Israel yang bisa memengaruhi keputusan Paman Sam. Sebab itu, Rezim Zionis memulai lobinya untuk memperlunak sikap Biden terhadap Bin Salman.

Berita ini menunjukkan besarnya dukungan Rezim Zionis untuk Bin Salman, sehingga Tel Aviv mesti mengerahkan segala daya dan pengaruhnya untuk mengembalikan citra Bin Salman sebagai “pemimpin negara yang dianggap penting (dalam strategi Israel) di Timteng dan Dunia Islam”.

Israel tahu bahwa Bin Salman adalah pilihan terbaik untuk memaksakan hegemoni Zionis atas Kawasan dan menghadapi Poros Perlawanan. Buktinya adalah permusuhan nyata Bin Salman kepada faksi-faksi Perlawanan, mulai dari Hizbullah hingga Hamas, Jihad Islam, Ansharullah, dan al-Hashd al-Shaabi.

Satu-satunya titik perbedaan antara AS dan Israel terkait Bin Salman adalah Washington menganggapnya sebagai orang bodoh, yang tanpa sadar justru mengacaukan rencana-rencana AS-Israel. Namun Israel percaya bahwa meski Bin Salman bodoh, namun manfaatnya lebih banyak. Hal ini bisa dilihat dalam wawancara Herzog dengan situs Axios.