Pakar Timteng: Salat Jumat Teheran adalah Penghinaan Terbesar kepada Israel

Share

POROS PERLAWANAN – Pakar masalah Timteng, Mohammad Sadegh Koushaki dalam wawancara dengan ISNA menganalisis salat Jumat Teheran dan khotbah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei dalam salat tersebut.

“Hal pertama yang ditekankan Ayatullah Khamenei adalah, operasi-operasi yang dilakukan pejuang Palestina, Lebanon, atau Iran, bersifat defensif. Ia menegaskan bahwa subtansi Dunia Islam bukan haus perang. Namun ketika terpaksa, Dunia Islam akan membela diri secara bersungguh-sungguh,” kata Koushaki.

“Ayatullah Khamenei juga menekankan pemberian harapan kepada para audiens, bukan hanya kepada rakyat Iran atau Syiah di Kawasan. Ia pun menyebut Israel sebagai musuh kemanusiaan. Ia menyeru umat manusia untuk memberi pukulan kepada Israel. Pada hakikatnya, Ayatullah Khamenei telah membuat garis antara ‘kemanusiaan’ dan ‘Israel beserta pendukungnya’. Ini merupakan respons terhadap nurani orang-orang yang berdemo, berkumpul, dan ditangkap karena membela Palestina, mulai dari Jepang hingga Kanada dan Amerika Latin.”

“Pemimpin Tertinggi Iran dalam bagian lain khotbahnya memaparkan pengalaman historis Iran dan Perlawanan Lebanon dalam menghadapi terorisme. Pada dekade 1980, sejumlah figur ternama Iran diteror. Namun Revolusi Islam tetap berlanjut. Ia juga bicara tentang Imam Musa Sadr dan Syahid Abbas Musawi, yang merupakan bentuk penghiburan untuk rakyat Lebanon dan pendukung Hizbullah. Ia memberikan optimisme bahwa komunitas Syiah mampu menjaga kekompakan dan maju dengan lebih kuat.”

“Khotbah kedua Ayatullah Khamenei disampaikan dalam bahasa Arab. Ini menunjukkan pentingnya Hizbullah dan perlawanan terhadap Rezim Zionis. Dalam khotbah kedua, ia tidak terlalu banyak bicara soal Zionis atau menekankan tentang Israel. Ini pertanda bahwa beliau tidak menganggap penting Zionis sebagai musuh.”

“Salat Jumat dan khotbah beliau dilakukan di tengah ancaman dari Israel. Ini adalah gerakan yang menunjukkan bahwa Israel dan ancamannya hanya dipandang sebelah mata oleh beliau serta rakyat Iran. Pukulan karena penghinaan ini lebih menyakitkan bagi Israel daripada pukulan serangan rudal terbaru Iran. Pada hakikatnya, ini adalah penghinaan, peremehan, dan pencibiran nyata terhadap musuh.”