Pemerkosaan, Amputasi Tanpa Bius: Realita-realita Memilukan di Penjara-penjara Israel

Share

POROS PERLAWANAN– Klub Tawanan Palestina pada hari Selasa 2 Juli merilis statemen terkait kondisi para tahanan Gaza di penjara-penjara Israel. Dalam statemen itu disebutkan bahwa lantaran berlanjutnya pembatasan, tangan dan kaki sejumlah tawanan di penjara Israel diamputasi tanpa diberi suntikan bius.

Diberitakan al-Alam, Israel merantai para tawanan selama 24 jam dengan mata tertutup. Para tawanan juga dipukuli dan diserang anjing-anjing polisi.

Selain itu, Israel juga secara sengaja menjaga para tawanan dalam keadaan lapar serta menghinakan mereka dengan berbagai cara. Para tawanan dipaksa mengucapkan kalimat-kalimat yang merendahkan martabat mereka. Ini belum termasuk kebijakan ancaman dan intimidasi.

“Rezim Zionis melarang para tawanan berkomunikasi satu sama lain. Siapa pun yang berusaha berbicara dengan selainnya akan dihukum. Para tawanan Gaza bahkan juga mengalami pemerkosaan,” demikian disebutkan dalam statemen tersebut.

Menurut statemen tersebut, para tawanan terpaksa menggunakan sepatu mereka sebagai bantal saat tidur. Mereka juga dilarang melakukan salat dan syiar-syiar keagamaan lainnya. Para tawanan hanya diberi waktu satu menit untuk mandi atau buang air.

Setelah berusaha keras, sejumlah pengacara berhasil melakukan pertemuan terbatas dengan beberapa tawanan Gaza di sejumlah kamp, termasuk kamp Sudaih Tayman, untuk mengetahui kondisi mereka. Setelah dibebaskan, sejumlah tawanan mengisahkan situasi dalam penjara dan pemerkosaan yang dialami mereka.

Ketua Klub Tawanan Palestina mengatakan,”Aksi provokatif Rezim Zionis terhadap Direktur Rumah Sakit Shifa Muhammad Abu Salmiya adalah masalah yang sangat membahayakan. Ini merupakan bukti baru bahwa Israel memutuskan untuk menargetkan para personel medis. Penangkapan para relawan adalah salah satu kebijakan paling menonjol Israel selama perang. Dokter Palestina Adnan al-Barsh gugur di penjara Israel. Baru-baru ini, media Israel memberitakan gugurnya salah satu dokter Gaza lain bernama Ayad al-Rantisi.”

“Ribuan keluarga masih belum mengetahui nasib anak-anak mereka di penjara-penjara Israel.”

Sejak Oktober lalu, jumlah tawanan Palestina meningkat menjadi 9.490. mereka ditangkap di rumah-rumah mereka atau di pos pemeriksaan. Sebagian terpaksa menyerah akibat tekanan, sementara sebagian lainnya ditangkap sebagai sandera.