Petinggi Hamas: Israel Bohong Soal Perundingan, Netanyahu Hanya Ingin Ulur Waktu dan Bunuh Lebih Banyak Warga Palestina

Share

POROS PERLAWANAN– Salah seorang petinggi Hamas menanggapi pernyataan PM Israel Benyamin Netanyahu soal perundingan. Hassam Badran berkata bahwa Netanyahu berusaha mengulur waktu untuk membunuh lebih banyak warga Palestina. Menurutnya, PM Israel sama sekali tidak menginginkan kesepakatan.

Dilansir Mehr, al-Jazeera pada Selasa malam 28 Mei melaporkan bahwa Ketua Kantor Hubungan Nasional Hamas itu menyebut statemen-statemen Netanyahu terkait perundingan sebagai dusta.

“(Kabinet Netanyahu adalah) Pemerintahan keras kepala dan pelanggar hukum internasional. Upaya Rezim ini untuk menjustifikasi pembantaian massal pengungsi di Rafah telah gagal dan tidak bisa mengelabui dunia,” kata Badran dalam wawancara dengan al-Jazeera.

“Netanyahu masih terus berbohong. Kami tidak mendapat kabar apa pun soal dimulainya perundingan.”

Ia menilai, pernyataan Netanyahu soal perundingan adalah upaya untuk mengulur-ulur waktu agar Israel bisa melakukan lebih banyak kejahatan terhadap bangsa Palestina.

“Netanyahu sama sekali tidak ingin meraih kesepakatan apa pun,” tandasnya.

“Penghentian perang sepenuhnya dan kepulangan pengungsi ke tempat tinggal mereka adalah garis merah kami yang paling menonjol. Kami tidak akan mundur dari garis merah ini untuk mewujudkan kesepakatan.”

Setelah terjadinya pembantaian mengerikan di Rafah, Kanal 11 Israel membocorkan bahwa Kabinet Rezim Zionis telah mengajukan sejumlah tawaran kepada Mesir dan Qatar selaku mediator. Tel Aviv meminta keduanya untuk meyakinkan Hamas agar menghadiri perundingan gencatan senjata. Namun sejumlah sumber menyatakan bahwa Hamas tidak bakal hadir di perundingan gencatan senjata mana pun.

Hamas pada Senin 27 Mei mengumumkan bahwa pihaknya tidak akan mengikuti perundingan mana pun, sebagai respons atas serangan Rezim Zionis ke kamp pengungsi di Rafah pada Minggu malam.