Putra Haniyeh: Ada Hubungan Khusus antara Ayah dan Pemimpin Tertinggi Iran dalam Upaya Pembebasan Palestina

Share

POROS PERLAWANAN– Dalam wawancara dengan al-Mayadeen, putra Syahid Ismail Haniyeh, Abdussalam Haniyeh berbicara tentang perasaan Pemimpin Iran Ayatullah Ali Khamenei pascasyahadah ayahnya. Abdussalam juga menceritakan beberapa hal tentang Syahid Haniyeh.

Diberitakan Fars, Abdussalam berkomentar tentang prosesi pengiringan jenazah Syahid Haniyeh dari Teheran ke Doha, yang disebut al-Mayadeen sebagai “peristiwa bersejarah.” Ia mengatakan,”Di tahap pertama, prosesi ini adalah pesan bagi seluruh umat dan kaum merdeka dunia, bahwa Palestina adalah isu utama dunia. Apa pun kondisi yang dihadapi umat ini, Palestina dan Quds akan selalu menjadi kompas bagi mereka. Perhatian utama Ayah adalah umat harus bersatu demi membebaskan Palestina.”

Menurut Abdussalam, ayahnya menghabiskan sebagian besar umurnya dalam perjuangan. Syahid Haniyeh terlibat dalam intifada Palestina dan ditangkap beberapa kali. Hingga akhirnya dalam pemilu di Gaza pada tahun 2006, ia menjadi Perdana Menteri dan setelah itu menempati posisi Ketua Kantor Politik Hamas.

“Hubungan Ayah dengan Yahya al-Sinwar adalah hubungan persaudaraan. Mereka berdua saling berbagi banyak rahasia, sebab mereka sudah bersama sejak masa muda,” tutur Abdussalam.

“Ayah menegaskan bahwa setelah perundingan politik, Israel tidak memberikan apa pun kepada Palestina. Bahkan Israel juga meneror Abu Ammar (Yaser Arafat). Israel sama sekali tidak menghendaki sesuatu yang berkaitan dengan perdamaian, Palestina, dan hal-hal semacamnya. Ayah selalu menegaskan, ia tidak akan meneken lembaran apa pun yang menghalangi generasi mendatang Palestina dari hak pembebasan negeri mereka. Ini adalah garis merah Ayah.”

Abdussalam membenarkan pernyataan al-Mayadeen tentang “hubungan khusus” antara Ayatullah Khamenei dan ayahnya.

“Ya, ada hubungan khusus antara mereka. Itu bisa disaksikan dalam pertemuan terakhir mereka. Hubungan ini adalah bagian dari upaya mempersatukan umat demi membebaskan Palestina. Meski AS dan para anteknya berusaha siang malam untuk mengadu domba Umat Islam, namun Ayah percaya bahwa hubungan (baik dengan Iran) ini akan mempersatukan umat.”

Saat al-Mayadeen bertanya apa hal yang paling membuat Syahid Haniyeh marah, Abdussalam menjawab,”Pengkhianatan adalah sesuatu yang paling membuat Ayah murka.”

“Jadi Ayah Anda sedih dan kecewa sepanjang perang Badai al-Aqsa?”

“Ya, sangat kecewa. Gaza dikhianati di saat ia disembelih. Kebungkaman internasional dan sejumlah rezim Arab sangat membuat Ayah marah dan kecewa. Ayah murka saat melihat seorang anak kesusahan, kehilangan keluarganya, atau saat Masjid Aqsa dihinakan,” tandas Abdussalam.