Sanaa: Utusan AS Bukan Merpati Perdamaian, Tapi Gagak Pembawa Sial

Share

POROS PERLAWANAN – Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman, Mahdi al-Mashat menyatakan bahwa situasi gencatan senjata di Yaman saat ini ibarat sebuah bom waktu.

“Kita tidak berada dalam kondisi gencatan senjata, juga bukan perang. Kondisi bukan perdamaian bukan perang adalah buah dari perkembangan terakhir, yaitu ketika sebagian pihak di Koalisi Agresor menyimpulkan bahwa mereka sudah kalah,” kata al-Mashat, dikutip Fars dari kantor berita Saba.

Ia menyatakan, ada sejumlah negara anggota di Koalisi Saudi-UEA yang mesti mengkaji ulang tindakan mereka.

“Kami mendukung negara-negara ini. Adapun AS memainkan peran kotor dan berbahaya dalam masalah gencatan senjata. Negara ini tidak ingin gencatan senjata diperpanjang,” tandas al-Mashat.

“Sebagian dari negara-negara agresor mendapatkan keuntungan dari agresi ini. Sebab itu, mereka berusaha memanaskan kondisi politik dan militer. Perundingan terkait gencatan senjata sudah sampai di level sebuah kesepakatan yang bagus. Namun Utusan AS melawat ke Kawasan dan menggagalkan upaya-upaya ini.”

Al-Mashat menegaskan, Utusan AS berusaha mencitrakan dirinya kepada media sebagai “Merpati Perdamaian”, namun tindakan-tindakannya di Kawasan menunjukkan bahwa dia adalah “Gagak Pembawa Sial”.

Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg pada 2 Oktober silam mengabarkan tidak tercapainya kesepakatan perpanjangan gencatan senjata di Yaman. Ia mengatakan, ”Saya prihatin karena hari ini tidak ada satu pun kesepakatan yang diraih.”

“Saya berterima kasih atas interaksi konstruktif kedua belah pihak di level pimpinan dalam pekan-pekan lalu. Saya akan meneruskan pekerjaan dan berusaha mencari solusi bersama dengan kedua belah pihak,” imbuh Grundberg dalam statemen yang dirilis kantornya.

Grundberg mengeksekusi proposal PBB untuk gencatan senjata sementara di Yaman sejak 6 bulan lalu. Masing-masing gencatan senjata berdurasi 2 bulan dan telah berlangsung selama 3 periode atas persetujuan kedua belah pihak.

Namun dengan mempertimbangkan kondisi gencatan senjata yang tidak ideal menyusul berlanjutnya pelanggaran Koalisi Saudi dan blokade atas Yaman, kelompok Ansharullah pun menolak perpanjangan gencatan senjata.