Sebelum Tewas di Gaza, Tawanan Wanita Israel Sindir Pedas Netanyahu di Pesan Video Terakhirnya

Share

POROS PERLAWANAN– Forum-forum Zionis dihebohkan oleh pesan video terakhir dari Eden Yerushalmi, seorang tawanan wanita Israel yang baru-baru ini tewas di Gaza dan dipulangkan bersama jasad 5 tawanan lainnya.

Diberitakan Mehr, sebelum ini Brigade al-Qassam berjanji akan merilis pesan video dari 6 tawanan tersebut.

Situs Elnashra memublikasikan sebagian dari pesan video Yerushalmi yang direkam sebelum kematiannya.

Dalam video tersebut, Yerushalmi menuntut Benyamin Netanyahu untuk menepati janjinya meneken kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan.

“Kau membebaskan (Gilad) Shalit dalam kesepakatan pertukaran dengan 1.000 tawanan Palestina. Namun kini Hamas hanya meminta kami ditukar dengan 250 tawanan saja. Apakah kami tidak lebih berharga daripada Shalit?” kata Yerushalmi ditujukan kepada PM Israel.

Dalam video yang dirilis sayap militer Hamas itu, para 6 tawanan Israel mengutarakan harapannya agar mereka dipulangkan Otoritas Rezim Zionis. Namun ternyata semua mereka tewas akibat serangan udara Militer Israel ke tempat mereka ditahan.

Mengutip dari Militer Israel, Kanal 12 melaporkan bahwa “kemungkinan para tawanan ini tewas akibat serangan yang dilancarkan Maret lalu di dekat terowongan tempat jasad-jasad mereka ditemukan.”

Harian Yedioth Ahronoth menulis bahwa para tawanan ini tewas kehilangan udara di dalam terowongan akibat kebakaran yang disebabkan serangan Militer Israel.

Jubir Brigade al-Qassam, Abu Ubaidah pada Senin malam 2 September menegaskan bahwa Benyamin Netanyahu dan Militer Israel bertanggung jawab atas tewasnya para tawanan Zionis.

Abu Ubaidah mengatakan bahwa setelah kejadian al-Nusairat (serangan Israel ke kamp pengungsi), al-Qassam telah memberikan instruksi terkait perlakuan kepada para tawanan jika Militer Israel mendekati mereka.

“Kengototan Netanyahu untuk membebaskan tawanan melalui tekanan militer, alih-alih kesepakatan (pertukaran tawanan), berarti bahwa mereka akan dipulangkan (kepada keluarga) dalam peti mati,” tandas Abu Ubaidah.

“Keluarga para tawanan harus memilih salah satu dari 2 opsi ini: kepulangan anak-anak mereka dalam keadaan hidup atau mati.”

“Netanyahu dan Israel secara sengaja mencegah terwujudnya kesepakatan. Mereka melakukannya demi kepentingan pribadi,” pungkas Abu Ubaidah.