Sekjen Hizbullah: Kesepakatan Perbatasan Bahari Terwujud karena Israel Takut Berperang

Share

POROS PERLAWANAN – Dalam pidato Sabtu malam 29 Oktober, Sayyid Hasan Nasrallah menyatakan bahwa sejak pembebasan (Lebanon) pada 2000, Hizbullah telah menegaskan tidak akan campur tangan dalam penentuan perbatasan selatan, karena itu adalah tugas Pemerintah. Keputusan ini diambil berdasarkan masalah keyakinan dan politik.

“Dengan izin Parlemen dan berdasarkan keputusan resmi, Pemerintah Lebanon mengumumkan bahwa perbatasan kita adalah blok 23, yang dimulai dari blok dekat al-Naqura. Keseluruhan kawasan yang terletak di utara blok 23 sebagai kawasan komersil harus dibebaskan. Ini menjadi sebuah isu nasional bagi rakyat dan Perlawanan,” kata Sayyid Nasrallah, diberitakan Fars.

“Musuh menentukan batas yang dikenal dengan blok 1 al-Naqura, yang mencakup kawasan luas. Lebanon menganggapnya sebagai hak dan kawasan komersilnya. Namun musuh melarang siapa pun mendekatinya. Luas antara blok 23 dan blok 1, seperti yang dijelaskan Pemerintah Lebanon dan Israel, kurang lebih mencapai 879 km persegi.”

“Perbatasan darat ditentukan oleh Prancis dan Inggris di tahun 1923 tanpa melibatkan rakyat Lebanon dan Palestina. Setelah diciptakannya Rezim Zionis, perbatasan bahari tidak ditentukan dan dibiarkan begitu saja. Setelah tahun 2000, ada pembicaraan soal keberadaan sejumlah besar gas dan minyak di pesisir selatan Lebanon. Sebab itu, penentuan perbatasan menjadi kebutuhan mendesak bagi Lebanon.”

“Setelah kapal (milik Israel) memasuki ladang Karish untuk eksplorasi (minyak), 3 Badan Negara Lebanon mengambil sikap serupa. Mereka menegaskan, dimulainya eksplorasi berarti agresi terhadap Lebanon. Atas dasar sikap ini, Hizbullah memutuskan untuk tidka mengizinkan musuh mengeksplorasi gas serta minyak dari Karish sebelum adanya kesepakatan yang memenuhi tuntutan resmi Lebanon.”

Sayyid Nasrallah menyatakan bahwa Hizbullah siap bertempur demi mencegah eksplorasi Israel di ladang Karish.

Sekjen Hizbullah menambahkan, ”Pemerintahan Lapid tidak mampu berperang, tapi juga tidak bisa mengesampingkan eksplorasi dari ladang Karish. Sebab itu, ia terpaksa berunding. Orang-orang AS juga berada di bawah tekanan. (Amos) Hochstein juga berkata bahwa kesepakatan ini dibuat lantaran Israel takut berperang.”

Menurutnya, perlawanan rakyat Palestina di Tepi Barat juga berperan dalam terwujudnya kesepakatan ini. Faktor-faktor lainnya, kata Sayyid Nasrallah, adalah keteguhan sikap Pemerintah Lebanon, soliditas 3 Badan Negara, penolakan terhadap normalisasi, pengiriman drone oleh Hizbullah ke Karish, serta dukungan rakyat terhadap Pemerintah dan Perlawanan.