Surat Abbas untuk Assad, Bukti Putus Harapan Palestina terhadap Sejumlah Negara Arab Teluk

Share

POROS PERLAWANAN – Seorang pakar masalah Timur Tengah, Sayyid Hadi Syed Afqahi menilai surat Ketua PNA, Mahmoud Abbas kepada Presiden Suriah, Bashar Assad adalah sebuah tindakan yang memiliki makna mendalam.

Dilansir Fars, Afqahi menyatakan bahwa surat itu ditulis setelah negara-negara Arab, terutama di sekitar Teluk Persia, meninggalkan Abbas sendirian. Padahal di saat bersamaan, PNA membutuhkan uang mereka. Di sisi lain, PNA mendapat tekanan dari AS untuk menerima Kesepakatan Abad Ini, yang jika diterima, itu akan mengakhiri karier politik Abbas.

“Abbas menghadapi dua pilihan: antara akhiri riwayat PNA dan dirinya atau lolos dari perangkap ini. Di lain pihak, Saudi, UEA, dan AS mengancam akan menghentikan bantuan dana kepada PNA. Mereka secara bertahap melaksanakan ancaman tersebut untuk memaksa Abbas menerima Kesepakatan Abad Ini.”

“Usai melihat tidak adanya perubahan dalam sikap AS dan negara-negara Arab, Abbas pun memutuskan untuk mengubah arahnya menuju negara-negara Poros Perlawanan. Dia menggunakan kartu kedekatan dengan Suriah guna melawan AS dan Rezim Zionis,” papar Afqahi.

Pakar Timteng ini lalu menjelaskan apakah tindakan Abbas ini bersifat taktis atau strategis. Menurut Afqahi, Suriah pada awalnya akan mengetes ketulusan PNA, dengan cara memintanya untuk membatalkan kerja sama keamanan dengan Israel secara total. Di lain pihak, PNA akan menjawab bahwa Ramallah akan diblokade secara ekonomi dan keamanan oleh Tel Aviv. Sebab itu, PNA perlu meyakinkan adanya dukungan Suriah. Sebab itu, kata Afqahi, dalam tahap sekarang, kedua belah pihak akan saling menguji ketulusan pihak lain.

“Suriah perlu memastikan apakah tindakan PNA ini hanya bersifat sementara atau selamanya. Pemerintah PNA juga khawatir, jika ia telah merusak semua jembatan dan berbalik ke arah Suriah, juga Iran, apakah ia akan mendapat dukungan yang dibutuhkannya?” kata Afqahi.

Menurutnya, Suriah tidak perlu membuktikan diri. Sebab, sejak masa Hafez hingga Bashar Assad, Damaskus rela menerima tekanan demi pembelaan terhadap Palestina. Jika tidak, tentu Suriah sudah mengikuti jejak Mesir dan Yordania untuk berkompromi dengan Israel agar bisa hidup nyaman.

Afqahi menegaskan, jika PNA benar-benar mengubah arahnya, maka bukan hanya Suriah, tapi Iran pun akan siap membantu. Syaratnya adalah PNA mengizinkan Tepi Barat untuk melakukan perlawanan bersenjata. Jika ini terwujud, maka tekanan atas Gaza akan berkurang secara signifikan.