Tekankan Pentingnya ‘Perlawanan’ sebagai Cara Tunggal Bebaskan Palestina, Sayyid Hasan Nasrullah: Israel Niscaya Lenyap, Perang Utama Kita Sebenarnya Lawan Amerika

Share

POROS PERLAWANAN – Dalam pidato di Hari Quds Internasional, Jumat 22 Mei, Sekjen Hizbullah Sayyid Hasan Nasrullah menyebut Rezim Zionis sebagai “virus kerusakan, kejahatan absolut, dan kelenjar kanker” yang mesti dilenyapkan.

“Israel adalah rezim ilegal, penjajah, dan agresor. Tidak ada artinya Israel boleh bertahan. Mereka yang datang ke Palestina (para imigran Yahudi) harus kembali ke negara tempat asal mereka,” tandas Sayyid Hasan Nasrullah.

Beliau menegaskan, sikap Hizbullah dan ulama besar Syiah terkait norma Palestina, Quds, dan Israel dibangun di atas fondasi keyakinan, syariat, kemanusiaan, dan moral.

Sebab itu, kata beliau, salah besar jika ada pihak-pihak yang berniat mengubah sikap ini dengan menyulut perang, melancarkan teror, dan memberlakukan sanksi.

Pada tahap pertama, pembebasan Palestina dan Quds memang adalah tugas bangsa Palestina. Namun, lanjut beliau, semua Muslim juga berkewajiban untuk menjalankan tugas tersebut, karena kelak Allah akan menuntut pertanggung jawaban mereka.

“Tak seorang pun, baik dia orang Palestina atau bukan, Arab atau bukan, yang boleh menyerahkan bagian dari Palestina kepada mereka yang tidak berhak,” tegasnya.

Sekjen Hizbullah menekankan pentingnya perlawanan, dalam segala bentuknya, sebagai cara tunggal untuk membebaskan Palestina. Cara selain itu hanya akan membuang-buang waktu saja.

“Secara lahiriah, bangsa Palestina berjuang melawan Rezim dan Serdadu Israel. Namun secara batiniah, mereka sedang melawan AS,” paparnya.

Sayyid Nasrullah juga menyinggung posisi Iran dalam Poros Perlawanan. Beliau menyatakan, Iran menjadi target utama sanksi dan intimidasi, karena Iran merupakan “titik berat Poros Perlawanan.”

Menurut beliau, Rezim Zionis selalu berusaha keras menggiring tiap kejadian menuju perang antara AS dan Iran. Namun mimpi mereka ini selalu menemui jalan buntu.

Sayyid Nasrullah juga menyebut Deal of The Century sebagai proyek yang gagal total. Sebab, tak satu pun orang Palestina yang bersedia menerima proposal yang digagas Donald Trump itu. Maka, ini adalah kekalahan besar AS dan Israel.