Televisi Israel: Hizbullah Untuk Kali Pertama Gunakan Drone-drone Senyap ‘Shahed 101’

Share

POROS PERLAWANAN-Media-media Israel mengumumkan, Hizbullah sejak pekan ini telah menggunakan drone-drone baru tipe Shahed 101 untuk pertama kalinya. Drone tipe ini sangat sulit dilacak dan dicegat oleh sistem pertahanan Israel.

“Drone-drone elektrik baru yang digunakan Hizbullah sangat senyap dan suaranya nyaris tak terdengar dari darat. Pada hari Kamis lalu, kelompok ini meluncurkan salah satu dari drone-drone ini, yang menyebabkan tewasnya seorang perwira dari Divisi Alon (Pasukan Infanteri Cadangan),” demikian dikabarkan stasiun televisi KAN, Fars melaporkan.

“Drone-drone baru yang diluncurkan Hizbullah memiliki motor listrik, jarak tempuh 19 km, dan mampu membawa logistik bahan peledak seberat 10 kg.”

“Hizbullah selalu memasukkan perangkat-perangkat perang baru yang lebih banyak saat menghadapi Israel. Kini tiba giliran drone-drone listrik ini.”

Sebelumnya, Kanal 12 Israel melaporkan meningkatnya intensitas serangan Hizbullah ke basis-basis Israel. Menuru Kanal 12, jumlah berkumandangnya sirene tanda bahaya di kawasan-kawasan selatan Naharia di utara Tanah Pendudukan bertambah hingga 500 persen.

Naharia terletak d dekat Laut Mediterania dan merupakan kota pesisir di Tanah Pendudukan yang paling dekat dengan Lebanon.

Penyusupan drone-drone pengintai Hizbullah ke kedalaman Tanah Pendudukan tanpa memicu sirene tanda bahaya telah membuat ketakutan para pemukim Zionis. Beberapa waktu lalu, drone Hudhud Hizbullah sukses terbang di langit Israel dan merekam video dari tempat-tempat strategis Rezim Zionis.

Kegagalan Militer Israel di Gaza, ditambah meningkatnya serangan akurat Hizbullah dalam beberapa hari terakhir, telah mempertajam kritik terhadap para petinggi militer dan politik Rezim Zionis.

Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid di akun medsos X menulis, ”Yang sedang terbakar di front utara adalah kekuatan prevensi Israel”.

Harian Maariv dalam laporannya menyatakan, ”Para Menteri Israel mengancam Nasrallah. Namun mereka tahu kita tak bisa berbuat apa-apa… Bahwa Militer punya kemampuan untuk memulai perang besar di Lebanon adalah sesuatu yang sangat diragukan.”