Trik Lama ‘Mencuri Akal’ Kembali Diulang Dubes Si Penjajah Tua Inggris Guna Mengais Simpati Irak

Share

POROS PERLAWANAN – Beberapa waktu lalu, Dubes Inggris untuk Irak, Stephen Hickey, mengunggah foto santapan sahur di Bulan Ramadan berupa susu, air, dan kurma di akun Twitter-nya, al-Alam melaporkan.

Hickey lalu mencuit bahwa ia ingin berpuasa demi merasakan pengalaman berpuasa bersama Muslimin. Hickey mengaku bahwa dirinya “senang dengan pengalaman ini.”

Tidak ada masalah dengan siapa pun yang ingin mencoba pengalaman berpuasa, apa pun agama dan keyakinan orang tersebut. Ini adalah perbuatan baik.

Namun, ini akan menjadi perbuatan tak terpuji saat dilakukan oleh orang yang melakukannya dalam rangka “mencuri akal.” Ini adalah “seni” yang dikuasai betul oleh orang-orang Inggris yang telah menjajah berbagai negeri. “Seni” ini jelas bertentangan dengan niat seseorang untuk “mencoba pengalaman puasa.”

Kita tidak perlu menguasai sosiologi atau psikologi untuk memahami bahwa dengan cuitan di medsos itu, Dubes Inggris sebenarnya hendak mengulangi “muslihat para nenek moyangnya.”

Nenek moyang Hickey datang ke Irak untuk menarik simpati rakyatnya dan menipu mereka demi mewujudkan tujuan-tujuan imperialisnya di Negeri Seribu Satu Malam.

Rakyat Irak memiliki pengalaman panjang nan pahit dengan orang Inggris. Di masa penjajahan Inggris di Irak, ada sebuah pepatah terkenal yang berbunyi “jika ada dua ekor ikan bertengkar di laut, pasti orang Inggris terlibat di baliknya.”

Tampaknya, pepatah ini populer di negara-negara yang pernah dijajah Inggris. Tokoh pejuang India Mahatma Gandhi pun pernah mengutip pepatah di atas.

Kebencian terhadap orang-orang Inggris, atau yang lazim disebut “Abu Naji” oleh warga Irak, adalah karakteristik penjajah dan keserakahan Britania. Negeri monarki ini telah menjarah kekayaan negara-negara di dunia, termasuk Irak. Juga menebarkan benih perpecahan, kekacauan, dan kemunduran di negara tersebut.

Kami berharap, sebelum Hickey mencoba pengalaman berpuasa kaum Muslim, seyogianya ia berhenti meniru langkah AS dalam menduduki negara-negara berdaulat dan merampas harta mereka, termasuk Irak.

Kami berangan-angan Inggris berhenti membunuhi ribuan warga Irak di masa invasi dengan dalih menemukan senjata pemusnah massal, juga menghentikan dukungan terhadap Rezim Zionis yang telah menyengsarakan jutaan rakyat Palestina.

Seyogianya Hickey juga berhenti menciptakan perbatasan buatan antara negara-negara Arab-Islam, karena perbuatan ini memicu perang yang berkepanjangan. Jika dia tidak melakukan semua ini lagi, barangkali “puasanya” akan diterima Tuhan.

Namun dalam peringatan satu abad Deklarasi Balfour, yang menyerahkan Palestina kepada Yahudi, para pejabat Inggris tidak menyesalinya, malah justru membanggakannya.

Atas dasar ini, kami yakin bahwa Tuhan tak akan menerima “puasa” dari Abu Naji, dan semua upaya Inggris untuk mencari simpati rakyat Irak akan sia-sia belaka.