UNICEF: Agresi Saudi Bunuh dan Lukai Lebih dari 11.000 Anak-anak Yaman

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, lebih dari 11.000 anak Yaman terbunuh atau cacat sejak agresi yang dipimpin Saudi terhadap negara miskin itu dimulai pada 2015, menurut Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell.

Ribuan anak telah kehilangan nyawa mereka sementara ratusan ribu lainnya tetap berisiko meninggal akibat penyakit atau kelaparan yang dapat dicegah, kata Russell pada Senin.

“Jumlah sebenarnya dari konflik ini kemungkinan jauh lebih tinggi,” tambahnya, mengomentari korban dari krisis kemanusiaan terburuk di dunia itu.

Russel melanjutkan bahwa ada sekitar 2,2 juta anak Yaman mengalami kekurangan gizi akut, seperempat dari mereka berusia di bawah lima tahun, dan sebagian besar berisiko tinggi terkena kolera, campak, dan penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin.

Ratusan ribu orang Yaman, termasuk wanita dan anak-anak, telah terbunuh sejak awal perang ketika pasukan aggresor pimpinan Saudi mengebom atau menembak mereka, atau secara tidak langsung melalui ledakan ranjau, air minum yang tidak aman, wabah penyakit, kekurangan obat dan perawatan karena pengepungan, kelaparan dan dampak lainnya.

Gencatan senjata sementara yang dimediasi oleh PBB berlaku pada April 2022 dan diperbarui dua kali, tetapi akhirnya berakhir pada 2 Oktober.

“Pembaruan gencatan senjata yang mendesak akan menjadi langkah pertama yang positif yang akan memungkinkan akses kemanusiaan kritis,” kata Russell, menambahkan “Pada akhirnya, hanya perdamaian berkelanjutan yang memungkinkan keluarga untuk membangun kembali kehidupan mereka yang hancur dan mulai merencanakan masa depan.”

Gencatan senjata tidak diperbarui lagi karena pelanggaran terus-menerus oleh koalisi Saudi terhadap perjanjian dan penolakannya untuk mencabut pengepungan yang telah dilakukan terhadap Yaman secara bersamaan dengan perang.

Sedikitnya 62 anak telah terbunuh atau terluka sejak saat itu, kata Russell.

Sebelumnya pada Oktober, Jubir Gerakan Perlawanan Ansharullah, Mohammed Abdul-Salam mengatakan, “Perdamaian di Yaman tidak mungkin terjadi kecuali negara-negara penyerang meninggalkan mentalitas arogan mereka.”

Arab Saudi melancarkan perang dahsyat di Yaman pada Maret 2015 bekerja sama dengan sekutu Arabnya dan dengan dukungan senjata dan logistik dari AS dan negara-negara Barat lainnya.

Tujuannya adalah untuk memasang kembali rezim Abd Rabbuh Mansour Hadi yang bersahabat dengan Riyadh dan menghancurkan Gerakan Perlawanan Ansharullah, yang telah menjalankan urusan negara tanpa adanya Pemerintahan fungsional di Yaman.