[Video] Keluarga para Tawanan Israel Turun ke Jalanan Tel Aviv, Usung 27 Peti Mati

Share

POROS PERLAWANAN– Diberitakan al-Alam, keluarga para tawanan Israel kembali turun ke jalanan untuk melakukan aksi protes.

Keluarga para tawanan Israel tersebut kembali menyatakan tuntutan mereka agar Tel Aviv mewujudkan kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas.

Dalam unjuk rasa tersebut, mereka menegaskan bahwa setelah kepulangan 6 tawanan dalam keadaan mati dari Gaza, Tel Aviv harus segera mencapai kesepakatan dengan Perlawanan Palestina.

Kanal 12 Israel melaporkan, keluarga para tawanan dalam unjuk rasa di pusat Tel Aviv mengusung 27 peti mati, yang merupakan jumlah tawanan Zionis yang telah kehilangan nyawa mereka.

Ini adalah demo beruntun yang dilakukan keluarga para tawanan. Mereka memprotes PM Benyamin Netanyahu yang dianggap menghalang-halangi terwujudnya kesepakatan pertukaran tawanan.

Di lain pihak, Brigade al-Qassam juga merilis sebuah video baru yang dibuka dengan lagu “I’m Coming Home” dari penyanyi asal AS, Skylar Grey. Video itu menunjukkan adegan-adegan pengiringan jenazah para tawanan Zionis yang tewas akibat serangan Militer Israel sendiri.

Video itu juga berisi petikan pesan dari 6 tawanan Israel, yang jenazah mereka ditemukan belum lama ini di Gaza.

Dalam video Hamas sebelum ini, 6 tawanan Israel mengutarakan harapan agar mereka dipulangkan Otoritas Rezim Zionis. Namun ternyata mereka semua tewas akibat serangan udara Militer Israel ke tempat mereka ditahan.

Mengutip dari Militer Israel, Kanal 12 melaporkan bahwa “kemungkinan para tawanan ini tewas akibat serangan yang dilancarkan Maret lalu di dekat terowongan tempat jasad-jasad mereka ditemukan”.

Harian Yedioth Ahronoth menulis bahwa para tawanan ini tewas kehilangan udara di dalam terowongan akibat kebakaran yang disebabkan serangan Militer Israel.

Jubir Brigade al-Qassam, Abu Ubaidah pada Senin malam 2 September menegaskan bahwa Benyamin Netanyahu dan Militer Israel bertanggung jawab atas tewasnya para tawanan Zionis.

Abu Ubaidah mengatakan bahwa setelah kejadian al-Nusairat (serangan Israel ke kamp pengungsi), al-Qassam telah memberikan instruksi terkait perlakuan kepada para tawanan jika Militer Israel mendekati mereka.

“Kengototan Netanyahu untuk membebaskan tawanan melalui tekanan militer, alih-alih kesepakatan (pertukaran tawanan), berarti bahwa mereka akan dipulangkan (kepada keluarga) dalam peti mati,” tandas Abu Ubaidah.

“Keluarga para tawanan harus memilih salah satu dari 2 opsi ini: kepulangan anak-anak mereka dalam keadaan hidup atau mati.”

“Netanyahu dan Israel secara sengaja mencegah terwujudnya kesepakatan. Mereka melakukannya demi kepentingan pribadi,” pungkas Abu Ubaidah.