Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Beber Motif Utama Normalisasi, Haniyeh: Israel Hanya Incar Pijakan Militer-Ekonomi di Seputar Iran

Beber Motif Utama Normalisasi, Haniyeh: Israel Hanya Incar Pijakan Militer-Ekonomi di Seputar Iran

POROS PERLAWANAN – Ketua Kantor Politik Hamas, Ismail Haniyeh dalam wawancara dengan Middle East Eye memperingatkan negara-negara Arab soal dampak normalisasi dengan Israel.

“Transaksi mana pun yang ditandatangani negara Arab dengan Israel, akan menempatkan negara itu dalam bahaya,” kata Haniyeh, seperti dikutip Fars dari Arabi21.

“Kami mengenal para pemandu Israel lebih baik daripada UEA dan Bahrain. Kami tahu bagaimana mereka berpikir. Kami ingin katakan kepada saudara-saudara kami di UEA dan Bahrain, bahwa mereka akan jadi pecundang di akhir kesepakatan ini. Sebab apa yang penting bagi Israel adalah mendapatkan pijakan militer-ekonomi di daerah dekat Iran,” imbuhnya.

“Israel menggunakan negara kalian sebagai sebuah gerbang. Kami tidak ingin melihat UEA digunakan sebagai tempat peluncuran (serangan).”

“Proyek UEA adalah sebuah proyek ekspansif yang bertujuan menciptakan Israel Raya. Kami tak mau melihat orang-orang UEA, Bahrain, dan Sudan digunakan sebagai alat dalam proyek ini. Sejarah tidak akan memaafkan, rakyat tak akan melupakan, dan prinsip kemanusiaan tidak akan mengampuninya,” tandas Haniyeh.

Menurut Haniyeh, Hamas merasakan perubahan-perubahan positif di Tepi Barat, menyusul adanya dialog dengan kelompok Fatah.

“Kami merasakan perubahan-perubahan positif. Kami tidak ingin optimis secara berlebihan sebelum perubahan itu terjadi. Namun ada hal-hal positif selain tantangan-tantangan besar. Kita masih berada di awal perjalanan,” jelasnya.

“Apa yang kami dengar dari mereka (Fatah) dalam pertemuan-pertemuan tertutup, adalah penegasan tentang pentingnya partisipasi Hamas. Sebab Hamas berhak untuk terlibat dalam kepengurusan harian Pemerintahan.”

Haniyeh menegaskan, Hamas siap untuk menghadapi segala bentuk serangan baru ke Gaza. Dia juga memperingatkan soal perang mendatang melawan para penjajah.

“Dalam enam tahun terakhir (sejak perang besar tahun 2014), fasilitas Hamas jadi jauh lebih baik. Kami memiliki kejutan-kejutan untuk musuh. Sebab itu, keputusan untuk memicu perang bukan hal mudah bagi Israel. Mereka akan menanggung konsekuensi besar,” tandasnya.

Terkait Pilpres AS, Haniyeh menyatakan bahwa Hamas tidak peduli soal potensi kemenangan Joe Biden. Ia menegaskan, kebijakan luar negeri AS tidak akan berubah meski presidennya sudah berganti.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *