Loading

Ketik untuk mencari

Asia Barat

Cari Alternatif Minyak Rusia, PM Inggris Gagal Dapatkan ‘Lampu Hijau’ dari Arab Saudi dan UEA

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah gagal untuk mendapatkan komitmen dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk meningkatkan produksi minyak mereka.

Johnson terbang ke Riyadh pada Rabu dan bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto Kerajaan. Sebelum pertemuan itu, Perdana Menteri Inggris terbang ke UEA dan mengadakan pembicaraan dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan.

Kunjungannya bertujuan untuk membujuk kedua negara Teluk Persia untuk meningkatkan produksi minyak mereka di tengah kenaikan harga karena sanksi energi terhadap Rusia mulai merugikan Barat.

Ketika ditanya apakah Kerajaan akan meningkatkan produksi minyak, Perdana Menteri berkata, “Saya pikir Anda perlu berbicara dengan Saudi tentang itu.”

Dia kemudian mengatakan bahwa dia telah memperoleh “pemahaman” dari Saudi bahwa ketidakstabilan itu bukan kepentingan mereka. “Saya pikir pasti ada pemahaman bahwa ada kepentingan Arab Saudi –untuk semua negara penghasil dan pengekspor minyak– dalam memastikan bahwa ekonomi global tidak rusak oleh lonjakan saat ini, bahwa kita tidak mengalami jenis inflasi yang kita lihat di tahun 1970-an, kita tidak melihat stagflasi.”

Pembicaraan energi terjadi di tengah lonjakan harga energi global yang didorong oleh sedikitnya pasokan, operasi militer Rusia di Ukraina dan upaya barat untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas Rusia.

Pemerintah Inggris dan Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengumumkan awal pekan lalu bahwa mereka tidak akan lagi mengimpor sumber daya energi apa pun dari Rusia, yang merupakan produsen minyak terbesar dunia setelah Arab Saudi.

Sementara itu, pihak berwenang Inggris mulai khawatir karena harga bahan bakar telah mengalami kenaikan yang mengejutkan di seluruh negeri.

Keputusan Johnson untuk bertemu dengan Putra Mahkota Saudi juga datang setelah eksekusi massal oleh Pemerintah Saudi awal pekan ini, yang telah memicu kemarahan di seluruh dunia.

Kerajaan mengeksekusi 81 tahanan dalam satu hari atas apa yang disebut “pelanggaran terkait teror”, dalam apa yang oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia disebut sebagai eksekusi massal terbesar baru-baru ini.

Pada Rabu 16 Maret, aktivis hak asasi manusia berkumpul di depan Kedutaan Besar Saudi di London untuk memprotes eksekusi serta serangan gencar negara itu terhadap Yaman.

Kelompok hak asasi Amnesty International UK telah mengkritik kunjungan PM ke Arab Saudi, dengan mengatakan bahwa dia seharusnya menentang Putra Mahkota atas eksekusi massal dan larangan perjalanan 10 tahun yang dijatuhkan Kerajaan kepada aktivis Raif Badawi.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *