Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Diguncang Gempa’ Perang Gaza, Kereta Normalisasi Terjungkal ke Jurang

POROS PERLAWANAN – Dilansir Fars, proses normalisasi di Kawasan ternyata tidak berjalan seperti yang diinginkan Rezim Zionis. Israel berharap, normalisasi akan membuka lembaran baru dalam hubungannya dengan negara-negara Arab. Namun tampaknya, sejumlah perubahan fundamental dalam satu bulan terakhir di Kawasan telah memorakporandakan semua kalkulasi.

Menurut al-Khaleej Online, Israel marah karena Bahrain dan Sudan memberikan suara positif di Dewan HAM PBB terkait resolusi anti-Israel. Tel Aviv telah memberitahu Manama dan Khartoum bahwa ia menantikan suara negatif mereka dalam sidang tersebut.

Yedioth Ahronoth menulis, ini adalah kali pertama Bahrain dan Sudan bersimpang jalan dengan Israel pasca ditekennya kesepakatan normalisasi antara mereka.

Al-Khaleej Online menyatakan, solidaritas rakyat dan Pemerintah negara-negara Arab dengan warga Gaza, dan sebelum itu, dukungan mereka untuk penduduk Quds dan Sheikh Jarrah, adalah contoh kegagalan politis proses normalisasi.

Di tengah kecamuk Perang Gaza, Menlu Bahrain Abdullatif al-Zayani dalam rapat luar biasa OKI menyatakan, negara Palestina dengan Ibu Kota Quds (Yerusalem) Timur harus dibentuk dan konflik harus dihentikan.

Sudan juga meminta dari Pemerintah AS untuk menghalangi agresi Israel. Usai perang, faksi-faksi politik dan rakyat Sudan menyampaikan selamat atas kemenangan Gaza. Mereka menuntut agar Pemerintah Khartoum segera membatalkan kesepakatan normalisasi.

Ini semua menunjukkan bahwa normalisasi hanyalah persoalan marginal, yang tak bisa mengendalikan atmosfer politik di Kawasan. Selama rakyat Palestina masih ditindas, situasi ini akan tetap bertahan.

Penulis dan analis Palestina, Maher Hijazi mengatakan kepada al-Khaleej Online, ”Pemerintah Bahrain dan Sudan dahulu mengatakan, kesepakatan normalisasi dilakukan demi kepentingan rakyat Palestina. Namun terbukti bahwa dalam prosesnya malah berjalan sebaliknya. Rezim Penjajah justru memanfaatkan normalisasi untuk meningkatkan agresinya terhadap rakyat Palestina dan hal-hal sakral Islam.”

“Ada perubahan besar di kancah internasional yang menguntungkan rakyat Palestina. Juga muncul perubahan dalam sikap global terhadap Israel dan perluasan lingkar boikot atas rezim ini. Mahkamah Pidana Internasional juga telah membuka berbagai berkas kejahatan Israel. Atmosfer yang berlaku di sebagian besar negara Arab dan Islam juga menentang gerakan normalisasi,” tandas Hijazi.

Ia menyatakan, jika negara-negara pelaku normalisasi masih ngotot menjalin hubungan dengan Israel, itu akan menyeret mereka ke kubangan “rawa yang merugikan”.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *