Loading

Ketik untuk mencari

Iran Rusia

Diplomat Rusia Singgung Pembiaran Kejahatan Berkelanjutan AS di Suriah yang Tak Dituntut Tanggung Jawab

Diplomat Rusia Singgung Pembiaran Kejahatan Berkelanjutan AS di Suriah yang Tak Dituntut Tanggung Jawab

POROS PERLAWANAN – Wakil Rusia di PBB, Vasily Nebenzia mengatakan bahwa AS terus melakukan tindak kriminal di Suriah dan menduduki sebagian wilayah negara itu tanpa dimintai pertanggung jawaban.

Diberitakan Fars, dalam rapat Dewan Keamanan PBB, Nebenzia mengkritik dualisme negara-negara Barat yang memanfaatkan Mahkamah Pidana Internasional sebagai alat politik.

“Berkas kalian penuh dengan kejahatan. Jika kalian ingin mengutuk sebuah agresi, pertama-pertama kutuklah petualangan militer dan perang-perang imperialis kalian terhadap bangsa-bangsa. Mulailah dengan menggugat diri kalian sendiri,” kata Nebenzia kepada negara-negara Barat.

Diplomat Rusia ini mengkritik pengabaian terhadap aksi-aksi yang dilakukan Neo-Nazi Ukraina dan mengatakan, ”Ketika negara-negara Barat mengabaikan kejahatan yang dilakukan Nazi-nazi Ukraina dan malah menyebut mereka sebagai pemberani, keadilan hanya menjadi sebuah sandiwara belaka.”

Di lain pihak, Wakil Iran di PBB, Majid Takht Ravanchi menyatakan, pelanggaran serius terhadap hukum internasional masih terus dibiarkan tanpa diadili. Ia menyebut Dewan Keamanan lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya.

“Tindakan-tindakan semena-mena sepihak (sanksi-sanksi sepihak) adalah pelanggaran internasional yang dilakukan sejumlah negara sebagai senjata perang untuk membuat warga sipil kelaparan. Tindakan-tindakan ilegal ini melanggar Piagam PBB dan hukum internasional,” kata Ravanchi.

“Negara-negara yang melakukan tindakan semena-mena, termasuk sanksi, sebagai kebijakan pemerintahan, mesti dimintai pertanggung jawaban atas kejahatan ini.”

“Selama beberapa dekade, Iran menjadi target embargo ekonomi dan finansial terberat AS. Aksi ilegal ini secara langsung membahayakan hidup kalangan masyarakat Iran paling rentan, seperti anak-anak, lansia, dan para pasien. Bahkan sebagian pasien, terutama anak-anak yang mengidap penyakit langka, akhirnya kehilangan nyawa mereka akibat pembatasan impor obat dan peralatan medis. Ini adalah fakta memilukan,” tandas Ravanchi.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *