Loading

Ketik untuk mencari

Suriah

Rusia: Kelompok Militan HTS dan White Helmets Rencanakan Operasi Bendera Palsu di Idlib

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Kementerian Pertahanan Rusia memperingatkan bahwa anggota kelompok teroris Takfiri Hayat Tahrir al-Sham (HTS) bersama dengan apa yang disebut kelompok pertahanan sipil White Helmets berencana untuk melakukan operasi bendera palsu terhadap warga sipil di provinsi barat laut Idlib untuk menuduh militer Rusia dalam serangan terhadap kamp-kamp pengungsi.

“Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah telah menerima informasi bahwa teroris Hayat Tahrir al-Sham bersama dengan anggota organisasi kemanusiaan abal-abal yang menamakan dirinya White Helmets sedang bersiap untuk merekam video yang dipentaskan di desa Kafr Dariyan dan Kafr Jales di provinsi tersebut untuk menuduh Angkatan Udara Rusia dan pasukan Pemerintah Suriah melakukan serangan membabi-buta terhadap infrastruktur sipil dan kamp-kamp pengungsi internal,” kata Wakil Kepala Pusat itu, Mayor Jenderal Oleg Yegorov.

Kelompok White Helmets, yang mengaku sebagai LSM kemanusiaan, dikenal karena koordinasinya dengan kelompok teror di Suriah karena melakukan serangan kimia bertahap dan kemudian menuduh pasukan Pemerintah Suriah dan membuat dalih untuk serangan militer oleh koalisi militer pimpinan AS yang hadir di Suriah sejak 2014.

Pada 14 April 2018, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis melakukan serangkaian serangan udara terhadap Suriah atas dugaan serangan senjata kimia di kota Douma, yang terletak sekitar 10 kilometer timur laut Ibu Kota Damaskus.

Dugaan serangan itu dilaporkan oleh kelompok White Helmets, yang menerbitkan video yang menunjukkan mereka konon merawat para korban.

Washington dan sekutunya menyalahkan Damaskus atas serangan Douma, tuduhan yang ditolak keras oleh Pemerintah Suriah.

Media dan Pemerintah Barat telah berulang kali menuduh Pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia terhadap warganya sendiri dalam perang melawan teroris.

Sementara Suriah menyerahkan persediaan senjata kimianya pada 2014 ke misi bersama yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), yang mengawasi penghancuran persenjataan tersebut. Damaskus juga secara konsisten membantah menggunakan senjata kimia.

Rusia telah menyediakan pasukan Suriah dengan bantuan militer penting dalam pertempuran yang sedang berlangsung di negara Arab yang dilanda konflik itu.

Bantuan Rusia, yang dimulai pada September 2015 atas permintaan resmi Pemerintah Suriah, telah terbukti efektif karena Suriah terus merebut kembali wilayah-wilayah utama dari sisa-sisa kelompok teroris ISIS dan faksi teroris yang didukung asing lainnya.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *