Loading

Ketik untuk mencari

Suriah

Saat ini Posisi Suriah di Puncak Kedigdayaan Politik, Liga Arab Harus Kembali ke Damaskus

POROS PERLAWANAN – Analis asal Palestina, Ahmad Abdurrahman membahas situasi saat ini terkait kembalinya Suriah ke Liga Arab.

Di awal tulisannya di al-Mayadeen, Abdurrahman menulis, ”Mungkin awalnya tampak keliru bahwa analisis ini saya beri judul ‘Kapan Liga Arab Kembali ke Suriah?’ Mungkin akan dikatakan bahwa judul yang tepat adalah ‘Kapan Suriah Kembali ke Liga Arab?’”

Dilansir Fars, Abdurrahman dalam lanjutan artikelnya menyatakan, ”Sebenarnya saya tidak keliru menulis. Saya tidak dipusingkan oleh berbagai masalah yang membuat saya memberi judul aneh untuk analisis ini. Judul ini justru paling relevan dan tepat untuk mengungkap peran yang selalu dimainkan Republik Arab Suriah dalam mendukung norma-norma Umat Islam, terutama yang terpenting adalah isu Palestina. Di sisi lain, Liga Arab berperan negatif lantaran telah kehilangan identitas Arabnya dikarenakan rangkaian sikap keliru dan keputusan memalukan”.

Menurut Abdurrahman, kendati elemen kearaban Suriah tengah dilanda krisis yang diciptakan kekuatan-kekuatan besar baginya, namun Damaskus tidak pernah mengabaikan peran kemanusiaan dan moralnya di tengah semua luka yang mendera tubuhnya.

“Suriah dan rakyat pemberaninya, dengan semua luka dalam dan pengorbanan besar, mampu keluar dari perang dunia ini dengan kepala tegak. Di tengah semua tekanan dan propaganda hitam, Suriah bukan hanya tidak mengubah sikap, melainkan juga tetap berdiri teguh… Dalam aspek lain, kemenangan ini menyebabkan negara-negara seperti UEA, Mesir, Bahrain, Yordania, Mauritania, dan Oman membuka kembali jalur hubungan mereka dengan Pemerintah Suriah, setelah sempat terputus selama lebih dari 7 tahun”, tulis Abdurrahman.

Ia menyatakan, saat ini Liga Arab terbagi menjadi 3 kelompok. Pertama adalah yang menyambut kembalinya Suriah ke organisasi ini. Kedua adalah mereka yang masih bimbang. Dan ketiga adalah mereka yang menolak keras.

“Tampaknya perbedaan ini muncul dari dekat dan jauhnya sikap negara-negara ini dari kebijakan AS terkait Suriah. Meski AS bukan anggota Liga Arab, tidak pernah berbicara resmi atas namanya, dan juga berjarak lebih dari 7.100 mil dari Timteng, namun bagi kebanyakan negara Arab, keputusan Washington bersifat mengikat dan menentukan”, imbuhnya.

Di akhir tulisannya, Abdurrahman menyatakan, ”Kembalinya Suriah ke posisinya di Liga Arab adalah sebuah hak substansial bagi negara itu sebagai sebuah negara penting di Kawasan. Jika ini terwujud, manfaatnya lebih dirasakan oleh Liga Arab dan negara-negara Kawasan ketimbang untuk Suriah sendiri”.

“Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keluarnya Suriah dari organisasi yang keputusan-keputusannya bergantung kepada Penjajah AS, memberikan banyak keuntungan bagi Damaskus; keuntungan yang bermula dari kebebasan menentukan keputusan hingga berujung kepada ketidaktergantungan kepada pihak lain. Posisi mandiri ini akan membantu Suriah untuk lebih tulus dan loyal dalam menjaga hubungan strategis dan persatuannya dengan para sekutu baru”.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *