Loading

Ketik untuk mencari

Yaman

Akankah Riyadh Alami Pengalaman Lebih Pahit dari Serangan ke Aramco?

Akankah Riyadh Alami Pengalaman Lebih Pahit dari Serangan ke Aramco?

POROS PERLAWANAN – Ketika Utusan PBB mengumumkan gencatan senjata 2 bulan antara Sanaa dan Koalisi Saudi, pertanyaan yang mengemuka adalah apakah gencatan senjata ini bisa berhasil dan membuka gerbang untuk perdamaian langgeng di Yaman dan Kawasan?

Dikutip Fars dari al-Khabar al-Yemeni, para pengamat berpendapat bahwa Koalisi Saudi membutuhkan gencatan senjata ini demi merapikan kembali barisannya dari sisi politik dan militer. Buktinya adalah penyingkiran Mansour Hadi dan pembentukan Dewan Kepemimpinan Presiden yang dikepalai Rashad al-Alimi usai diumumkannya gencatan senjata. Tindakan ini dipandang sebagai upaya pemersatu faksi-faksi loyalis Koalisi Saudi di hadapan Sanaa.

“Setelah Sanaa memulai Operasi Pematahan Blokade, yang mendatangkan banyak kerugian atas Riyadh, gencatan senjata menjadi kebutuhan utama Saudi demi melindungi minyak dan fasilitas-fasilitas vitalnya. Tentu ini merupakan kebutuhan bersama Riyadh dan Washington di tengah keperluan mendesak kepada energi di tengah berkecamuknya perang Ukraina”, tulis al-Khabar al-Yemeni.

Sanaa, tulis al-Khabar al-Yemeni, juga menerima gencatan senjata demi membuktikan kesungguhannya untuk berdamai. Yaman melalui Menhannya, Muhammad Nasir al-Atifi menyatakan, ”Kendati Koalisi melanggar (poin-poin kesepakatan dalam gencatan senjata), komitmen (Sanaa) terhadap gencatan senjata akan memusnahkan peluang bagi para makelar perang dan mendatangkan keuntungan besar bagi Yaman serta rakyatnya.”

Meski demikian, Sanaa menegaskan bahwa fakta-fakta skenario politik baru Koalisi Saudi memberikan gambaran jelas bahwa Riyadh memang tidak punya niat berdamai.

“Kesabaran Sanaa di hadapan pelanggaran gencatan senjata oleh Koalisi mungkin saja tidak bertahan hingga berakhirnya masa gencatan senjata, yang dua pertiganya sudah berlalu. Menurut Ketua Tim Negosiator Yaman, Muhammad Abdussalam, berlanjutnya pelanggaran-pelanggaran ini akan memusnahkan kesepakatan gencatan senjata.”

Menurut al-Khabar al-Yemeni, tampaknya Sanaa tidak akan menyetujui perpanjangan gencatan senjata, kecuali bila Koalisi di hari-hari yang tersisa ini memperbaiki keadaan. Jika tidak, maka kondisi pascagencatan senjata tidak akan sama dengan sebelumnya.

Seperti yang dinyatakan Jubir Tentara Yaman, Yahya Saree, saat-saat menentukan tengah berlangsung dan hanya ada 2 kemungkinan: Koalisi menunjukkan keseriusan untuk berdamai dan pasukan asing hengkang dari Yaman, atau musuh tetap menghindar dari tanggung jawab dan menunjukkan karakteristik penipunya.

“Ada kemungkinan Sanaa akan memulai kembali operasinya untuk mematahkan blokade. Menurut para pengamat, kebakaran Aramco pada bulan Maret lalu, yang berlangsung lebih dari 24 jam di Jeddah, akan terlihat sebagai kebakaran amat biasa dibandingkan kebakaran-kebakaran yang akan terjadi berikutnya”, pungkas al-Khabar al-Yemeni.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *