Ansharullah Nyatakan Berhak Serang Pasukan Inggris yang Keberadaannya Mereka Anggap ‘Ilegal’ di Yaman

Share

POROS PERLAWANAN – Dalam wawancara dengan situs berita al-Khanadeq, Jubir Ansharullah, Muhammad Abdussalam bicara tentang sejumlah isu, termasuk soal mediasi Oman dan keberadaan pasukan Inggris di wilayah Yaman.

Saat ditanya apakah Yaman tidak meragukan netralitas Oman, mengingat ada kesamaan antara Muscat dan Riyadh, Abdussalam menegaskan bahwa hal ini tak akan memengaruhi peran Oman terkait perang di Yaman.

“Kesultanan Oman memiliki sikap independen bukan hanya dalam isu Yaman saja, tapi juga terkait negara-negara lain di dunia. Hal ini terlihat dalam isu Suriah, Irak, serta Perang Teluk I dan II,” jelas Abdussalam.

Menurutnya, Oman memiliki hubungan baik dan historis dengan negara tetangga seperti Yaman. Di sisi lain, Oman juga punya hubungan positif dengan Iran dan Barat.

Terkait keberadaan pasukan Inggris di al-Mahrah, Abdussalam menyebutnya bukan hal baru, karena mereka sudah 2 tahun ini berada di sana. Ia menegaskan, Ansharullah menentang kehadiran semua pasukan militer asing, baik dari AS, Inggris, Saudi, UEA, Sudan, maupun negara lain.

“Kami tidak menerima kehadiran militer negara mana pun di tanah Republik Yaman. Kami memandang mereka sebagai pasukan pendudukan. Mereka harus disikapi sebagai penjajah.”

“Selama mereka masih seperti ini, pasukan-pasukan ini ilegal dan tidak bisa diterima. Keberadaan mereka tidak dilandasi hakikat atau hukum mana pun, baik internasional maupun domestik,” tandas Abdussalam.

Ia menilai, keberadaan pasukan Inggris di al-Mahrah berkaitan dengan kepentingan Inggris, AS, dan Israel. Bahkan bukan hanya di al-Mahrah saja, tapi juga di Socatra, sebuah kepulauan yang tak memiliki kaitan apa pun, baik primer maupun sekunder, langsung atau tak langsung, dengan kejadian-kejadian militer di Yaman.

“Meski demikian, pasukan militer UEA berada di sana. Mereka berusaha mengubah banyak dari asas-asas nasional Yaman di Socotra. Mereka juga melenyapkan sejumlah besar penampakan-penampakan alami-historis di pulau itu, juga mengubah struktur sosial dan geopolitiknya. Semua ini adalah upaya untuk memanfaatkan kejadian-kejadian di Yaman, juga di pulau Mayun (Perim),” paparnya.

Oleh karena itu, kata Abdussalam, Tentara Yaman berhak melawan dan menyerang pasukan asing, karena berdasarkan hukum internasional dan Yaman, mereka adalah pasukan agresor.