Bukti Kesiapan Permanen dan Capaian Perlawanan Palestina dalam Perang Terbaru

Share

POROS PERLAWANAN – Rezim Zionis beberapa waktu lalu mencoba menebar perpecahan antara Perlawanan Palestina dan basis kerakyatannya, juga antara faksi-faksi Perlawanan dengan cara melancarkan agresi ke Gaza dan hanya mengarahkannya kepada Jihad Islam.

Dilansir Fars, seorang petinggi Jihad Islam, Khidr Adnan mengatakan bahwa capaian yang telah diperoleh Brigade al-Quds dalam perang terakhir melawan Israel adalah hubungan antara Gaza dan Tepi Barat serta semua medan perlawanan di seluruh Palestina. Hal ini telah membuktikan kesiapan permanen para pejuang untuk membalas tiap agresi.

“Capaian kedua Perlawanan dalam perang ini adalah kemajuan militer yang ditunjukkannya dalam 3 hari perang. Musuh dikejutkan oleh kekuatan rudal Perlawanan. Perlawanan juga membuktikan tidak akan kalah meski para komandannya diteror atau ada upaya pemecahbelahan faksi-faksi. Pertempuran ini justru menunjukkan bahwa Jihad Islam semakin dicintai dari Beirut hingga Damaskus dan Yaman,” kata Adnan kepada al-Ahed.

Ia menambahkan, Perlawanan juga sukses mempersatukan semua faksi-faksinya. Sebab itu, Jihad Islam tidak melarang faksi mana pun untuk membanggakan konfrontasi melawan musuh, sebab Perlawanan tidak terbatas pada faksi mana pun.

Petinggi Jihad Islam ini menyatakan, sebagian dari pembombardiran permukiman Zionis oleh Perlawanan Palestina adalah balasan untuk aksi-aksi provokatif Zionis beberapa waktu dalam Pawai Bendera. Hal ini menunjukkan bahwa Perlawanan tetap akan membalas dendam, meski waktu terus berlalu.

Adnan memperingatkan warga Palestina agar jangan terjebak dalam perpecahan yang ingin diwujudkan musuh. Sebab, imbuhnya, musuh setelah gencatan senjata berusaha memanfaatkan problem yang dihadapi warga Gaza; problem yang terus bertambah setelah kehancuran akibat perang tahun 2012.

Ia berkata, tak satu pun negara-negara Arab mewujudkan janji mereka untuk merekonstruksi Gaza. Adnan menambahkan, Musuh Zionis kalah di hadapan Jihad Islam yang hanya memiliki fasilitas terbatas. Lalu bagaimana nasib Israel jika harus berhadapan dengan Hizbullah?