Demi Kacaukan Keamanan dan Stabilitas Irak, Saudi dan UEA Gelontorkan ‘Dana Khusus Penyulut Kerusuhan’

Share

POROS PERLAWANAN – Anggota Fraksi al-Shadiqun di Parlemen Irak menyatakan, uang para syekh di negara seperti Saudi dan UEA masih menjadi ancaman keamanan bagi kota al-Nasiriyah dan provinsi-provinsi selatan Irak.

Menurut Abdulamir Tuayban, diculiknya seorang aktivis sipil di al-Nasiriyah dan kerusuhan yang muncul setelahnya, adalah bagian dari upaya untuk mengacaukan situasi di Provinsi Dziqar.

“Uang-uang Saudi dan UEA masih saja membahayakan keamanan al-Nasiriyah dan provinsi-provinsi selatan Irak,” kata Tuayban.

“Dalam beberapa hari lalu, Dziqar relatif stabil dan tenang. Jalan dan jembatan yang ditutup juga sudah dibuka kembali. Namun ada sebagian pihak yang tidak ingin kota ini damai,” imbuhnya.

Ia meminta dari para sesepuh suku, pengunjuk rasa, dan aparat keamanan untuk bekerja sama, demi menjaga kedaulatan hukum serta mengusir para perusuh, penyusup, dan sindikat teroris.

Hampir sebulan terakhir kota Bashrah di selatan Irak menjadi tidak aman, menyusul aksi protes terhadap teror atas sejumlah aktivis sosial di kota tersebut. Para pengunjuk rasa membakar beberapa bangunan dan markas pemerintahan.

Sejumlah tokoh Irak telah memberi peringatan kepada Pemerintah, aparat keamanan, dan pengunjuk rasa terkait intervensi intelijen asing untuk mengacaukan keadaan di Provinsi Dziqar.

Menurut anggota Aliansi Fath di Parlemen Irak, Fadhil Jabir, peran sejumlah negara Arab, terutama Saudi dan UEA, untuk mengganggu proses politik di Irak bukanlah hal baru. Hal ini sudah ada sejak 2003 lalu, sebab kedua negara khawatir rezim monarkinya akan hancur jika Irak berubah menjadi negara demokratis.

Jabir menyatakan, negara-negara ini memanfaatkan setiap krisis domestik yang terjadi di Irak. Agen-agen intelijen mereka berupaya menyulut kerusuhan di dalam Irak. Sebab itu, kata Jabir, aksi kekerasan di al-Nasiriyah, serangan ke markas partai-partai, dan penutupan lembaga-lembaga resmi dilakukan atas bimbingan agen-agen intelijen asing ini.