Dinamika Politik-Ekonomi Dunia Usai Iran Gabung SCO Tandai Hari-hari Duka untuk AS

Share

POROS PERLAWANAN – Bergabungnya Iran dengan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) adalah bukti lain bahwa era dominasi dan kebijakan sepihak mulai tergerus. Sekarang dunia mulai melihat terbentuknya tatanan dunia baru, yang salah satu karakteristiknya adalah multikutub.

Dilansir al-Alam, Presiden China Xi Jinping mengumumkan bergabungnya Iran ke SCO sebagai anggota tetap. Hal ini disampaikan Jinping dalam pertemuan tingkat Kepala Negara SCO yang berlangsung di Ibu Kota Tajikistan, Senin 20 September.

SCO beranggotakan China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Sebelum ini, bergabungnya Iran ke SCO ditentang oleh AS, yang merupakan pendukung keras tatanan dunia kutub tunggal dan hegemoni.

SCO didirikan pada tahun 2001 dan dikenal sebagai sebuah tatanan politik, ekonomi, dan keamanan regional.

Menarik untuk dicamkan bahwa anggota-anggota terpenting SCO, yaitu China, Rusia, dan Iran, berhadapan dengan sanksi-sanksi AS.

Oleh karena itu, negara-negara ini bisa meminimalkan tekanan-tekanan AS secara optimal melalui kerja sama ekonomi-dagang di dalam organisasi tersebut.

Kebanyakan pengamat meyakini, dunia tengah berpindah dari tatanan kutub tunggal, yang dikuasai AS, menuju tatanan multikutub. Tatanan kutub tunggal mulai memudar dengan menanjaknya kekuatan-kekuatan ekonomi besar seperti China, India, Iran, dan Rusia, juga kemunculan asosiasi-asosiasi seperti SCO.

Tatanan multikutub memberikan peluang kepada negara-negara untuk bertindak secara bebas dan mewujudkan kepentingan mereka tanpa direcoki terorisme ekonomi.

Benar bahwa bergabungnya Teheran ke SCO akan menghubungkan pasar Iran dengan 3 miliar konsumen. Keanggotaan ini juga akan menyambungkan Iran ke Eurasia. Namun pentingnya keanggotaan ini berlipat ganda ketika diketahui bahwa Teheran bergabung dengan SCO setelah meneken Dokumen Partisipasi Strategis dengan Beijing pada Maret lalu; sebuah kesepakatan yang mencakup aspek-aspek politik, ekonomi, militer, dan industri.

Dua momen penting ini akan menjadi penggerak besar untuk ekonomi China agar berkembang di kawasan-kawasan terlarang. Di lain pihak, Iran juga akan lebih leluasa untuk terbebas dari sanksi-sanksi AS.

Keleluasaan ini bukan berarti bahwa Iran akan condong sepenuhnya ke Timur. Sebab, Teheran “tidak menaruh semua telurnya dalam satu keranjang”. Teheran masih tetap menjalankan kebijakan moderat dalam bidang ekonomi dan politik. Iran masih berusaha untuk menjalin hubungan politik-ekonomi dengan semua negara dunia berdasarkan asas saling menghormati dan tidak mengintervensi urusan internal pihak lain.

Namun yang jelas adalah hari kemarin merupakan hari duka bagi AS. Tampaknya duka ini juga akan bertambah di hari-hari mendatang. Eksistensi militer AS di Afghanistan, Saudi, Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman sudah mulai berkurang. Hegemoninya di seluruh Kawasan juga mulai pudar, sehingga ia tak bisa lagi berlagak sebagai adidaya yang memaksa negara-negara lain tunduk kepadanya.

China, Rusia, India, dan Iran berada di ambang jalan untuk mendahului AS di bidang ekonomi, politik, dan militer. Para anggota SCO ini adalah negara-negara adidaya dalam hal produksi dan populasi. Mereka akan menentukan jalur perekonomian mendatang yang sama sekali tidak di bawah kendali kekuasaan dan hegemoni AS.