Hamas, Burung Phoenix yang Bangkit dari Abu Puing-puing Gaza

Share

POROS PERLAWANAN– Diberitakan Mehr, Redaktur Middle East Eye David Hearst dalam tulisannya membahas ketidakmampuan Israel dalam melemahkan kekuatan militer dan popularitas Hamas. Ia memperingatkan, serangan ke Rafah bukan hanya tidak akan merugikan Hamas, tapi justru akan membuat Israel lebih dibenci dari sebelumnya.

“Jika kesepakatan gencatan senjata tidak terwujud, Hamas tidak akan kecewa, sebab meski baru-baru ini mereka telah menyetujui proposal Mesir dan Qatar, namun konten proposal itu tidak ideal bagi Hamas. Mereka mengalah dalam sebagian tuntutan. Sebab itu, bubarnya kesepakatan ini tidak akan merugikan Hamas,” tulis Hearst.

“Andai klaim Barat benar bahwa sejumlah besar kekuatan militer Hamas sudah lenyap, lalu kenapa mereka masih melanjutkan serangan ke basis-basis Israel dan tampil percaya diri dalam perundingan?”

“Israel berkali-kali mengeklaim telah memusnahkan mayoritas pasukan Hamas dan hanya 4 batalion Hamas yang tersisa di Rafah. Namun kenapa Hamas masih belum menyerah setelah 7 bulan perang dan timbulnya kehancuran besar di Gaza?”

Analis AS ini mengakui, Hamas masih mampu menjaga kekuatan militernya. Hamas tidak punya masalah, baik dalam memenuhi persenjataan atau merekrut serdadu. Menurut Hearst, berbagai faksi Palestina berada di belakang Hamas, sebab mereka tahu bahwa serangan Israel adalah bahaya bagi seluruh Palestina. Oleh karena itu, meski perang sudah berlangsung selama 7 bulan, Hamas masih memiliki sumber serdadu segar yang tak terbatas.

“Hamas tidak memiliki keterbatasan untuk mendapatkan bahan peledak. Baru-baru ini, PBB mengumumkan bahwa sejak 7 Oktober hingga sekarang, ada begitu banyak bahan peledak yang ditumpahkan ke Gaza, sehingga butuh waktu 14 tahun untuk mensterilkan kawasan itu dari bahan peledak yang tidak berfungsi. Dengan asumsi bahwa 15 persen bom-bom Israel tidak meledak di Gaza, Hamas bisa memenuhi kebutuhannya dari bahan peledak rudal serta bom tersebut.”

“Keyakinan Hamas akan kemenangan Perlawanan sangat tinggi. Israel berusaha membuat Hamas menyerah dengan menghancurkan Gaza. Namun semua penghancuran ini pada akhirnya akan merugikan Israel. Saat ini, Hamas dicintai di Gaza lebih dari sebelumnya,” tandas Hearst.