Pelabuhan Terapung Buatan AS, dari Klaim Hingga Realita

Share

POROS PERLAWANAN– Dilansir al-Alam, Pentagon pada hari Rabu 8 Mei mengumumkan, lantaran hembusan angin kencang dan ombak tinggi yang mengancam keamanan pekerja di dermaga, pelabuhan terapung yang dibuat Militer AS di dekat pantai Gaza telah dibongkar dan dipindahkan ke pelabuhan Ashdod.

Terlalu polos jika kita berpikir bahwa pelabuhan dengan anggaran 320 juta Dolar itu dibuat AS dengan “motif kemanusiaan.” Washington mengeklaim, pelabuhan itu bertujuan untuk memasok bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza yang kelaparan. Padahal, bisa saja uang sebesar itu digunakan untuk mengirim bahan makanan dan bantuan ke Gaza melalui berbagai jalur perlintasan negara-negara tetangga.

Selain itu, cara efektif untuk mengatasi tragedi kemanusiaan di Gaza adalah menghentikan genosida yang mengancam penduduk Gaza; genosida yang dilakukan Israel dengan senjata serta dukungan militer-politik AS.

Benar bahwa Presiden AS Joe Biden adalah orang yang pertama kali bicara soal pembuatan pelabuhan terapung di Gaza “untuk memasok bantuan kemanusiaan.” Meski sebenarnya tidak ada kebutuhan terhadap pelabuhan ini, karena Biden berkuasa penuh atas Israel. Dia bisa saja dengan sebuah kontak telepon singkat memerintahkan Netanyahu untuk membuka semua perlintasan. Pada hakikatnya, ide pembangunan pelabuhan ini berasal dari Netanyahu, namun dimanfaatkan Biden dalam kondisi krusial saat ini untuk meraih beberapa tujuan:

Pertama, Biden dan Netanyahu memandang pelabuhan sebagai alternatif untuk UNRWA; nama yang mengingatkan dunia akan isu Palestina dan hak para pengungsi Palestina untuk pulang ke Tanah Air mereka. Penghapusan UNRWA sama saja dengan melenyapkan isu pengungsi dari sisi hukum dan kemanusiaan.

Kedua, pelabuhan ini digunakan untuk memindahkan warga Gaza ke tempat lain. Apalagi pelabuhan ini terhubung ke pelabuhan Larnaca di Cyprus, bukan pelabuhan Arab mana pun.

Ketiga, melegitimasi kehadiran AS-Israel di Gaza dengan dalih mengelola pelabuhan tersebut. Pada akhirnya, ini akan menciptakan realita kemanan baru di Gaza dan menamatkan kedaulatan Palestina, yang akan memuluskan jalan bagi pembangunan pemukiman-pemukman Zionis di Gaza.

Keempat, pembangunan pelabuhan akan memberi kesempatan emas kepada AS-Israel untuk menjarah kekayaan alam Gaza senilai miliaran Dolar. Menurut laporan Konferensi Dagang dan Pembangunan PBB, cadangan minyak dan gas di Tanah Pendudukan mencapai sekitar 1,5 miliar barel minyak mentah dan 1,4 triliun kaki kubii gas.

Pada akhirnya, mungkin perhitungan AS-Israel dari kacamata Biden-Netanyahu “sudah akurat.” Namun “akurasi” dalam perhitungan ini tidak berlaku di Gaza. Pihak tiran biasanya meremehkan nilai-nilai seperti iman, tekad, dedikasi, cinta Tanah Air, dan pengorbanan. Inilah faktor yang menyebabkan kekalahan AS-Israel, dan setelah Badai al-Aqsa, nilai-nilai ini terus menguat sehingga membuat dunia tercengang.