Hizbullah Tanggapi Upaya Pembentukan ‘NATO Timteng’

Share

POROS PERLAWANAN – Wasekjen Hizbullah, Naim Qasim pada Konferensi Nasional Arab-Islam di Lebanon, Sabtu 25 Juni menanggapi upaya para pelaku normalisasi untuk menciptakan aliansi militer dengan Israel.

“Negara-negara yang menormalisasi hubungan (dengan Israel) berencana membentuk aliansi militer dengan Rezim Penjajah. Israel percaya bahwa ancaman-ancaman ini akan membuat khawatir Poros Perlawanan. Namun saya tegaskan bahwa ini ancaman kosong. Meski demikian, kami siap sepenuhnya dan siaga tiap hari. Saat ini, kami berada dalam tahap terkuat bersama para sekutu kami di Palestina dan Poros Perlawanan,” kata Qasim, dinukil Fars dari al-Mayadeen.

“Kami dan para sekutu bangga dengan kekuatan dan kesiapan militer kami. Kami mengingatkan hal ini agar bangsa kami percaya dan tahu bahwa mereka berada di belakang pemimpin tangguh yang siap membela mereka. Masyarakat Israel juga mesti tahu bahwa mereka berada di belakang pemimpin lemah.”

“Kita telah melihat bahwa Lebanon dengan Tentara, rakyat, dan Perlawanan telah membebaskan tanahnya, juga bagaimana Perlawanan menghadapi agresi Tamuz dan memenangkan pertempuran. Kita juga melihat bagaimana Perlawanan Palestina dalam perang Pedang al-Quds telah mencetak jalur baru dalam sejarah perang melawan Penjajah.”

Ia lalu menyebut dukungan tulus Iran untuk Palestina dan penyatuan negara-negara di bawah bendera ini. Qasim menandaskan bahwa ini berarti kemenangan akan tiba.

“AS melakukan segalanya demi mengalahkan Hizbullah di Lebanon. Namun mereka gagal. Sama seperti Perang 2006, tujuan mereka adalah melenyapkan Hizbullah, namun kita yang menang. Mereka mengirim orang-orang Takfiri melalui Suriah agar mereka membentuk kekuasaan, namun mereka juga gagal,” tandasnya.

“Terlalu polos jika kita menyebut Israel sebagai problem Palestina, sebab ia adalah problem bangsa dan semua manusia bermartabat. Satu-satunya solusi untuk menghadapi Israel adalah perlawanan. Cara lain hanya memboroskan waktu… Semua ancaman Israel hanya omong kosong belaka. Kita cukup melihat ancaman ini saja. Ancaman ini ibarat bom kejut untuk menenangkan front domestik (Israel).”

Qasim menyatakan, semua opsi politik yang didukung Barat bukan opsi yang tepat. Ia menambahkan, negara-negara pelaku normalisasi sebenarnya merugikan diri mereka sendiri di tahap awal, baru kemudian membahayakan rakyat mereka serta Palestina.