Israel, Pelanggar Utama Hak Anak Paling Sistematis di Timteng

Share

POROS PERLAWANAN – Wakil Tetap Iran di PBB, Majid Takht Ravanchi menyatakan perlindungan terhadap anak-anak, khususnya perempuan, dalam konflik bersenjata adalah sebuah prinsip fundamental moral dan kemanusiaan. Ia menegaskan, semua harus berupaya untuk memastikan agar anak-anak dihormati dalam semua konflik.

Meski demikian, sangat mengkhawatirkan bahwa berdasarkan laporan tahunan Sekjen PBB tentang anak-anak dan konflik bersenjata di tahun 2020, kekerasan dan pelanggaran hak anak-anak dalam perang terus berlanjut.

“Sayangnya, banyak kasus dari itu terjadi di dekat kami, mulai dari Afghanistan hingga Yaman dan Palestina,” kata Ravanchi dalam sidang Dewan Keamanan PBB, Senin 28 Juni, seperti diberitakan Fars.

“Contoh terbarunya di Afghanistan adalah serangan teroris pada 8 Mei 2021 ke sekolah Sayyid al-Syuhada di komunitas Syiah Milenium di Kabul. Serangan itu menewaskan 85 orang dan melukai 147 lainnya, yang kebanyakan mereka adalah gadis-gadis pelajar,” imbuh Ravanchi.

“Serangan-serangan teror mematikan di Afghanistan ini, yang kebanyakan dilakukan ISIS, mengincar minoritas mazhab dan etnis, serta wanita dan anak-anak perempuan. Hal ini menegaskan pentingnya perang berkelanjutan terhadap terorisme dan penghukuman para pelaku perbuatan tercela ini.”

“Di Yaman pada tahun 2020, PBB mengonfirmasi adanya 194 korban jiwa dan luka di tangan Koalisi Saudi, yang juga terekam dalam laporan tahunan Sekjen PBB. Pada 22 Juni 2021, Yaman menjadi saksi unjuk rasa anak-anak Yaman di seluruh negeri. Dalam unjuk rasa itu disebutkan bahwa selama lebih dari 6 tahun agresi Koalisi, lebih dari 3.500 anak Yaman gugur dan lebih dari 4 ribu anak terluka, ribuan anak menjadi yatim, dan jutaan orang terusir dari rumah mereka. Para pengunjuk rasa juga memprotes PBB karena tidak merefleksikan pelanggaran hak anak-anak Yaman secara akurat dalam laporannya,” papar Ravanchi.

“Namun, pelanggaran hak anak-anak paling sistematis dan keji di Timteng tengah dilakukan oleh Rezim Israel. Sesuai laporan tahunan Sekjen PBB tahun 2020, PBB telah mengonfirmasi 1.031 kasus kekerasan terhadap 340 anak Palestina, termasuk tewasnya 11 orang, cacatnya 324 orang, ditangkapnya 361 orang, dan 30 serangan ke sekolah dan rumah sakit oleh serdadu Israel,” tuturnya.

Di akhir pidatonya, Ravanchi menegaskan bahwa perlindungan terhadap anak-anak dalam konflik bersenjata adalah sebuah tugas mulia kemanusiaan yang harus dipandang serius.