Kekejian Berlanjut, AS dan Turki Bakar Ladang Gandum Jelang Masa Panen di Sejumlah Desa Suriah

Share

POROS PERLAWANAN – Penderitaan para petani Provinsi Hasakah, Suriah, tak berkesudahan dengan semakin meluasnya pembakaran ladang-ladang gandum. Badan Benih Suriah menganggap ini sebagai ancaman serius terhadap produksi gandum tahun ini.

Berbagai kesaksian masyarakat mengungkapkan, bahwa Amerika berada di balik “pembakaran” ini, berbeda dengan tahun kemarin yang pelakunya adalah organisasi teroris ISIS. Tahun ini hampir tiap hari terjadi kebakaran, padahal sudah memasuki musim panen, hingga akhir Juni.

Berdasarkan laporan reporter Al-Akhbar yang mewawancarai beberapa warga, ladang mereka terbakar beberapa menit setelah mendengar deru pesawat Amerika di daerah itu. Situasi yang sama di Adla, pedesaan selatan Hasaka. Sebagian besar penduduk melihat helikopter AS melemparkan balon termal di atas lahan pertanian yang menyebabkan kebakaran sebagian besar lahan.

Reporter harian itu mewawancarai beberapa penduduk yang menjadi korban pembakaran, di antaranya Abu Muhammad. Dalam kesaksiannya ia mengatakan, “Dua helikopter Amerika terbang rendah dan melemparkan lima balon termal di atas ladang pertanian. Beruntung penduduk datang memadamkan tiga balon, sementara dua balon lainnya melalap ladang lain.

Kesaksian-kesaksian penduduk Hasakah senada dengan laporan International Bussiness Times, yang diterbitkan di Singapura bahwa kebakaran yang baru-baru ini melalap ladang gandum di wilayah kepulauan Suriah dilakukan oleh pasukan Amerika atas perintah langsung dari Presiden Donald Trump.

Dalam sebuah laporan berjudul, “Trump ordered US Forces to Burn Hectares of Wheat Field in Syria amid CoVID-19 Pandemic,” situs www.ibtimes.org melaporkan, bahwa beberapa hari setelah Suriah menuduh pasukan pendudukan AS membakar ladang gandum cukup luas, kini muncul laporan bahwa penghancuran tanaman pangan yang dilakukan oleh pasukan AS atas perintah yang disetujui oleh Presiden Donald Trump.

Laporan itu menunjukkan, bahwa Donald Trump menandatangani perintah untuk membakar lahan pertanian di Suriah.

Langkah-langkah keji AS ini bertujuan mencegah gandum masuk ke toko-toko di Suriah, yang total produksinya diperkirakan mencapai tiga juta ton musim ini. Hal itu memungkinkan Suriah mengamankan kebutuhan makanan pokoknya secara otomatis, tanpa perlu memasok tepung dari luar menggunakan mata uang asing.

Tindakan keji AS ini berbarengan dengan “menyebarnya” pasukan Amerika di sekitar ladang minyak dan gas di Deir Ezzor dan Hasaka. Semua aksi ini membuktikan Washington sedang merampas Suriah dari mendapatkan sumber daya minyak dan pertanian strategisnya sendiri.

Sementara itu, secara paralel pasukan Turki “bermain” baku-tembak dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di desa Tal Tamr dan Abu Rasin, yang menyebabkan pembakaran ladang-ladang pertanian di garis-garis perbatasan. Sebagaimana diketahui, SDF atau QSD berambisi membentuk Negara Federal Rojava, utara Suriah.

Ponduduk Abu Rasin meyakinkan, bahwa orang-orang Turki sengaja menembakkan peluru-peluru mereka ke arah ladang pertanian, dengan tujuan membakar ladang dan merampas penduduk dari memeroleh hasil panen.