Kelompok Poros Perlawanan Kembali Menangi Psywar di Kancah Perang Intelijen Tehran vs Tel Aviv

Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina

Share

POROS PERLAWANAN – Sebuah misteri yang lebih tepat disebut “penyesatan informasi” dilakukan oleh Layanan Keamanan Umum Israel, Shin Bet. Pasalnya, mereka menangkap seseorang yang dituduh sebagai “agen Iran” di Palestina, tanpa mengungkap identitas orang tersebut.

Sementara itu, Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (Jabhah Shabiah li Tahrir Filastin) dituduh Israel harus bertanggungjawab atas rekrutmen yang dilakukan terhadap “agen Iran” tersebut.

Front Rakyat, atau dalam bahasa Inggris disebut Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) adalah partai berhaluan Komunis, yang didirikan oleh Dr. George Habash, seorang Arab Palestina beragama Kristen. PFLP adalah organisasi terbesar kedua dalam Palestine Liberation Organization, atau Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Alih-alih memublikasikan identitas orang yang mereka klaim sebagai “agen Iran” tersebut, Shin Bet justru menangkap salah satu kader PFLP di Lebanon, Khaled Yamani dan mengaitkannya dengan kasus ini.

Penuntut Umum Israel mengeluarkan dakwaan terhadap seorang warga negara Palestina, dan hanya mengungkapkan umurnya (50 tahun) dan tanggal penangkapannya (16/3/20).

“Orang yang ditangkap” itu dituduh berkomunikasi dengan agen-agen intelijen Iran melalui mediasi anggota PFLP di Lebanon, Khaled Yamani, yang dituding berkerja untuk Teheran, dan konon mengaku telah bertemu dengan mata-mata yang ditangkap tersebut di Denmark dan Prancis pada bulan April dan September 2018.

Detail tuduhan itu sangat aneh, terutama ketika disebutkan, bahwa “tersangka berkomunikasi dengan Khaled Yamani melalui Facebook, untuk memberitahu, bahwa dia tidak bisa menggunakan perangkat lunak enkripsi”.

Pendek kata, terlalu banyak celah dalam tuduhan tidak lengkap itu.

Seolah-olah itu adalah mekanisme pencegahan, untuk mengintimidasi pendukung-pendukung aktif Iran. Terlebih setelah mencuatnya kasus besar dan fenomenal tahun lalu, yaitu ketika Gonen Segev, Menteri Energi dan Infrastruktur Israel tahun 1995-1996 (Kabinet Yitzhak Rabin), dituduh sebagai mata-mata Iran dan dijatuhi hukuman penjara 11 tahun.

Tuduhan yang dilemparkan kepada PFLP terlihat sebagai sebuah rekayasa semata. Terlebih, setelah operasi intelijen Israel “Poppin” dan penangkapan sejumlah kader Front Rakyat ini. Hampir tiada hari, kecuali “telunjuk” tuduhan diarahkan kepada mereka.

Dalam laporan keamanan yang diterbitkan oleh otoritas Palestina, atau oleh Shin Bet sendiri, sebagaimana diberitakan oleh media Al-Akhbar, memperlihatkan adanya kampanye penangkapan dan pembatasan berkelanjutan pada berbagai institusi dan struktur organisasi PFLP di Tepi Barat, bahkan di dalam dan di luar penjara.

Berbagai sumber mengatakan, “Pimpinan PFLP tidak menggubris apapun pernyataan musuh, atau yang diberitakan oleh pers mereka, kendati tiada hari tanpa memeroleh berbagai tuduhan.”

Pemimpin PFLP menyadari, konflik dan konfrontasi tak selamanya mesti diekspos di media.

Demikian juga, Yamani membantah semua tuduhan sebagaimana disebutkan dalam laporan Israel tentang mediasinya untuk merekrut personel mata-mata Iran.

“Tuduhan sebagai mata-mata Iran adalah sebuah kehormatan bagi saya, yang tidak mungkin saya klaim. Akan tetapi, semua dakwaan ini adalah palsu. Rezim Zionis dengan ideologi kriminalnya selalu menjadikan orang Palestina sebagai tersangka permanen. Sampai saat ini, saya masih menjadi bagian dari partai yang percaya pada perjuangan bersenjata, dan musuh tidak bisa menakuti kita,” tegas Yamani.

Tentu, berbagai persoalan yang terkait dengan upaya menembus sistem keamanan Israel demi kepentingan faksi-faksi perlawanan, memicu kekhawatiran dan sensitivitas tinggi bagi Israel. Terlebih lagi, kelompok Poros Perlawanan telah menunjukkan prestasi gemilang dan memenangkan “psywar” atau ‘perang urat syaraf’, yang mengancam upaya normalisasi Israel dengan negara-negara kawasan.